Sabtu, 30 Mei 2015

Praktikum VII Zoologi Invertebrata



PRAKTIKUM VIII

Topik               :  Arthropoda
Tujuan             :  Mengenal ciri-ciri umum Arthropoda dan membedakan
                           kelompok-kelompok utama Arthropoda.
Hari/ tanggal   :  Kamis/ 23 April 2015
Tempat            :  Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
 

I.              ALAT DAN BAHAN
a.      Alat :
1.    Lup
2.    Cawan petri
3.    Baki
4.    Pinset
5.    Eter (obat bius) dan kapas
b.      Bahan :
1.    Udang galah (Cambarus viridis)
2.    Belangkas (Limulus polycephalus)
3.    Lipan (Scolopendra morsitans)
4.    Kaki seribu (Julus virgatus)
5.    Kecoa (Periplaneta americana)
6.    Laba-laba (Pholcus phalangioides)

II.           CARA KERJA
1.    Menyiapkan alat dan bahan.
2.    Jika hewan yang tersedia masih hidup, sebaiknya hewan tersebut dimatikan terlebih dahulu. Memberikan eter (obat bius) pada lipan, kaki seribu dan kecoa agar mempermudah dalam mengamati morfologinya. Meletakkan lipas, lipan, kecoa pada cawan petri lalu memberikan obat bius dengan menggunakan kapas.
3.    Mengamati satu persatu hewan yang tersedia. Membuat gambar sketsa (bukan lukisan) pada hewan yang kita amati dengan embelan yang tampak
a.    Belangkas, lipan, kaki seribu, dan kecoa mengamatinya dari arah dorsal.
b.    Udang mengamatinya dari arah lateral.
4.    Menentukan kelas-kelas hewan yang diamati dengan kunci mengidentifikasi Arthropoda.

III.        TEORI DASAR
Arthropoda merupakan filum terbesar dalam kerajaan Animalia. Dari sekitar 1.250.000 species hewan yang telah dikenal dan dideskripsikan, 1.000.000 diantaranya adalah Arthropoda. Dengan demikian, filum ini mencakup sekitar 80 % dari semua jenis hewan yang telah dikenal saat ini. Ini menggambarkan bahwa filum ini merupakan kelompok hewan yang paling berhasil menghuni planet bumi.
Sebagai hasil dari daya adaptasi yang tinggi, Arthropoda telah menyebar ke seluruh bagian bumi, baik daratan maupun perairan, yang suhunya diatas titik beku dalam jangka waktu yang cukup lama untuk memmungkinkan perkembangbiakan. Karena itu, anggota filum ini amat mudah dijumpai di darat, perairan tawar, maupun laut. Selain itu, filum Arthropoda juga mencakup satu-satunya kelompok hewan invertebrata yang dapat terbang.
Arthropoda merupakan hewan tubuhnya bersegmen-segmen. Ada tiga ciri khas Arthropoda yang dapat dilihat dari luar. Pertama adalah embelan yang berbuku-buku yang muncul berpasangan dari sebagian atau semua segmen tubuh. Yang kedua adalah organisasi segmen-segmen ke dalam bagian-bagian tubuh yang disebut tagmata (tunggal :tagma). Yang ketiga adalah kutikula yang disekresikan oleh epidermis, yang menyelubungi tubuh dan biasanya membentuk eksoskeleton yang keras kecuali di bagian-bagian tubuh yang perlu lentur. Kutikula secara berklala diganti, dalam proses ganti kulit, untuk memungkinkan pertumbuhan.
Tadinya Arthropoda yang ada saat ini dikelompokkan kedalam dua subfilum: Chelicerata dan Mandibulata, ditambah dengan subfilum Trilobita yang telah punah. Namun belakangan ini, banyak zoologiwan yang berpendapat bahwa sebenarnya Arthropoda tergolong kedalam empat subfilum : Trilobita, Chelicerata, Crustacea, dan Uniramia. Didalam subfilum Unimaria tercakup kelas Chilopoda, Diplopoda, Pauropoda, Symphyla, yang semuanya tadinya termasuk dalam kelas Myriapoda, dan kelas Insecta. Klasifikasi Arthropoda ada 8: Crustacea, Onychopora, Chilopoda, Diplopoda, Insecta, Arachnoidea, Pauropoda dan Symphyla.
Hewan-hewan yang termasuk kedalam Arthropoda ialah Udang, Insecta, Scorpio (kalajengking) dan bayak juga yang lainnya. Arthropoda ialoah hewan yang beruas dan tidak mempunyai tulang belakang. Arthropoda merupkan hewan yang dominant dalam dunia ini. Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu Arthros (ruas) dan podos (kaki). Oleh sebab itu, Arthropoda disebut hewan yang memiliki kaki beruas-ruas.
Ciri-ciri umum :
1.    Mempunyai appendage yang beruas
2.    Tubuh simetri bilateral terdiri atas sejumlah ruas-ruas
3.    Tubuh dibungkus oleh zat kitin, sehingga merupakan eksoskleton (rangka luar).
4.    Biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin,sehingga ruas-ruas tersebut mudah untuk digerakkan.
5.    Mempunyai system syaraf tangga tali.
6.    Coelom pada hewan dewasa adalah kecil dan merupakan suatu rongga berisi darah dan disebut haemocoel.
Sedangkan ciri-ciri khusus dari phylum Arthropoda yang dapat dilihat dari luar, yaitu:
1.    Ada embelan yang berbuku-buku yang muncul berpasangan dari sebagian atau semua segmen tubuh
2.    Ada organisasi segmen-segmen ke dalam bagian-bagian tubuh yang disebut tagmata
3.    Ada kutikula yang disekresikan oleh epidermis yang menyelubungi tubuh yang membentuk endoskeleton
Ciri-ciri umum dari kelas Crustacea yaitu habitatnya di danau, air tawar, kolam dan sungai. Tubuhnya terdiri dari cephalothorax dan abdomen serta bersegmen. Kerangka luarnya dari zat kitin dan ciri yang terakhir yaitu makanan pokoknya berupa zat organik hidup dan zat yang busuk. Ciri dari kelas Insecta yaitu mulutnya terdiri dari 3 bagian yaitu mandible, maxille dan labium. Tubuhnya terdiri atas kepala, thorax dan abdomen. Mempunyai sepasang antenna dan biasanya terdiri dari 2 pasang sayap. Yang terakhir yaitu thoraxnya terdiri atas 3 pasang kaki. Ciri dari kelas Chilopoda yaitu terdiri dari 15-173 segmen. Tubuhnya rata, dorsal ventral dan memiliki maxillipedes. Antenanya panjang dengan 12 segmen. Ciri dari kelas Diplopoda yaitu habitatnya di darat dan bernapas dengan trakea. Makanan pokoknya berupa sayuran yang membusuk. Sistem ekskresinya berupa pembuluh malpighi. Ciri umum dari Pauropoda yaitu habitatnya di darat dengan tubuh terdiri dari 12 segmen. Tidak memilki alat pernapasan khusus. Makanan pokoknya berupabinatang kecil dan sayuran. Panjang tubuhnya lebih kecil dari 2 mm. Ciri-ciri umum dari kelas Symphyla yaitu habitatnya di tempat yang basah dengan tubuhnya yang bersegmen. Makanan pokoknya berupa sayuran yang membusuk. Panjang tubuhnya bervariasi antara 2,8-6 mm.
Sub filum dari Onychopora hanya terdiri dari satu kelas yaitu kelas Onychopora. Ciri-ciri umum dari kelas ini yaitu hidupnya dalam batu karang, kulit kayu, tempat yang lembab serta aktif di malam hari.  Mempunyai kelenjar sebagai pelindung dan bergerak perlahan dengan kaki. Antena dari hewan ini sensitif.
Sub filum dari Chelicerata terdiri dari 5 kelas yaitu Merostomata, Arachnida, Pycnogonida, Tardigrada dan Pentastomida. Kelas Merostomata mempunyai ciri-ciri yaitu tubuhnya terdiri dari chephalothorax dan bernafas dengan insang. Memiliki 6 pasang laminate. Tidak bergerak dengan anggota tubuh. Memilki terminal segmen tanpa sebuah caudal.
Ciri dari kelas Arachnida yaitu tubuhnya terdiri dari chelicerae, cephalothorax dan perut. Bernapas dengan trakea dan paru-paru dan tidak memilki antena dan rahang sejati. Kelas Pycnogonida ciri-cirinya yaitu hidup di laut serta perkawinannya terpisah san cephalothorax dan perut mengalami reduksi. Ciri-ciri dari kelas tardigrada yaitu hidup di lumut, air hangat dan air garam. Tubuhnya terdiri dari 4 segmen dan tidak mempunyai sistem pernapasan, sirkulasi dan ekskresi tetapi terdapat sistem saraf. Yang terakhir yaitu perkembangbiakannya terpisah. Ciri dari kelas Pentastomida yaitu hidup di darat dengan tubuh yang tidak memiliki segmen tetapi memilki dinding. Sistem pernapasannya tidak ada dan juga sistem sirkulasi dan ekskresi. Perkembangbiakannya terpisah.


V. ANALISIS DATA
1.      Udang galah (Cambarus viridis)

Klasifikasi       :

Kingdom         : Animalia
Pylum              : Arthropoda
Classis             : Crstaceae
Ordo                : Decapoda
Family             : Penapidae
Genus              : Cambarus
Species            : Cambarus viridis
Sumber            : Hegner, 1968
Berdasarkan hasil pengamatan, pada udang galah didapat bagian-bagian udang galah yaitu, mata, rostrum, sungut, kaki penjepit, kaki jalan, kaki renang, kepala, kerangka luar, segmen, dan ekor. Pada pengamatan, udang galah memiliki abdomen yang terdiri atas 6 ruas atau segmen yang diakhiri dengan bagian terminal yang disebut dengan telson, 5 pasang kaki renang, 5 pasang kaki jalan, sepasang kaki penjepit, 3 pasang sungut, dan mempunyai ekor sebanyak 2 pasang.
Ditinju secara umum, badan udang galah terrbagi atas 3 bagian, yakni: kepala dan dada (cephalothorax), badan (abdomen), dan ekor (uropoda). Keseluruhan badan udang galah beruas-ruas, dan terbungkus oleh kerangka luar yang terbuat dari bahan kitin. Ciri khas udang galah adalah kepalanya berbentuk kerucut, rostrum melebar pada bagain ujungnya, bentuknyaa memanjang dan melengkung ke atas.
Pada bagian kepala-dada terdapat pelindung yang disebut carapae dan  bagian depan atas terdapat kerucut kepala (rostrum) yang menyerupai gergaji. Bagian kepala terdiri dari 6 ruas. Udang galah memilki dua pasang mata yang majemuk yang tersusun atas banyak unit optik yang disebut ommatidium. Tiap mata majemuk itu terdapat pada sebuah tangkai yang dapat digerakkan. Sungut pertama terdiri dari 3 ruas yang terletak pada ruas kedua bagian kepala dan ujungnya bercabang.
Pada ruas ketiga bagian badan terdapat sungut kedua yang berupa cemeti panjang. Pada ruas keempat, kelima dan keenam bagian badan terdapat rahang atau yang disebut mandibula, alat pembantu rahang atas atau maxilla 1, dan alat pembantu rahang bawah atau maxilla 2, merupakan anggota badan, digunakan sebagai alat untuk makan.
Bagian dada udang galah terdiri 8 ruas, yang dimulai dari ruas ketujuh, delapan, dan sembiln secara berurutan terdapat alah pembantu rahang yang berjumlah 3 pasang atau disebut maxilliped. Fungsinya adalah sebagai alat deteksi dan memegang makanan, sedangkan 5 ruas berikutnya, khususnya ruas ke sepuluh , sebelas, dua belas, tiga belas, dan empat belas, terdapat kaki jalan yang disebut pereipoda. Kaki jalan yang pertama dan kedua, pada ujung ruas ke tujuh yang disebut doctilus, mengalami perubahan bentuk menyerupai capit yang disebut chela. Capit ini berfungsi untuk mengambil makanan yang berukuran besar.
Bagian perut udang galah terdiri dari 6 ruas. Pada ruas pertama sampai kelima terdapat pasangan kaki renang atau pleopoda. Pleopoda pada ruas ke enam mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas atau uropoda. Pleopoda terdiri dari 2 ruas, yakni bagian pangkal yang bercabang dua, antara lain endopodit atau cabang sebelah dalam, dan eksopodit atau cabang sebelah luar. Pleopoda pada udang galah betina berfungsi untuk melekatkan telur selama dierami di bawah perut. Pleopoda tersebut berbulu sehingga memudahkan perlekatan telur.
Pada bagian ekor, di antara uropoda kanan dan kiri, terdapat ruas tubuh yang terakhir membentuk tonjolan yang meruncing ke belakang yang disebut ujung ekor atau telson.
Menurut literatur, badan udang galah terdiri ruas-ruas yang ditutup dengan kulit keras, tak elastis dan terdiri dari zat chitin. Badan udang galah terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kepala dada (Cephalothiorax), badan (abdomen) dan ekor (uropoda). Bagian cephalothorax dibungkus oleh kulit keras yang disebut carapace. Pada bagaian depan terdapat tonjolan  yang bergerigi disebut rostrum. Secara taksonomi rostrum mempunyai fungsi sebagai penunjuk jenis (species). Ciri khusus udang galah yang membedakan dengan jenis udang lainnya  adalah bentuk rostrum yang panjang dan melengkung seperti pedang dengan jumlah gigi bagian atas 11-13 buah dan gigi bawah 8-14 buah.  Pada bagian dada terdapat lima pasang kaki jalan (periopoda). Pada udang galah jantan dewasa  pasangan kaki jalan  ke-2 tumbuh sangat panjang dan besar, panjangnya dapat mencapai 1,5 kali panjang badannya (Hadie dan Supriyatna, 1988).
Alat pencernaan makanan terdiri atas: mulut, oesophagus, lambung yang terdiri dari cardiac dan pylorus, usus dan anus. Makanan udang terutama adalah hewan-hewan akuatis yang kecil-kecil, tetapi juga bahan organis busuk. Mulutnya di kelilingi oleh beberapa pasang alat tambahan yang disebut alat-alat mulut. Dari mulut berlanjut ke oesophagus, lambung yang terdiri dari bagian hardiak dan bagian pilorik, terus ke usus dan anus. Lambung kardiak mengandung alat-alat penggerus makanan. Kelenjar digesti (kelenjar hepatic) mengeluarkan secret enzimatis ke dalam lambung pilorik.
Sistem reproduksi dan perkembangan yaitu Kelamin terpisah (diesius). Baik testis maupun ovarium bilobat. Testis melepaskan sperma ke dalam duktus spermatikus terus ke pori-pori yang terdapat pada dasar pasangan kaki untuk berjalan yang kelima. Oviduk melepaskan telur dari ovarium ke lubang-lubang pada dasar pasangan kaki untuk berjalan yang ketiga. Stadium embrional diselesaikan ketika telur masih bertaut dengan “swimmeret-swimmeret” hewan betina. Bahkan larva yang telah menetas pun tetap bertaut padanya untuk beberapa lama.
Darah udang mempunyai cairan yang tidak berwarna dan mengandung sel amoeboid dengan corpuscular. Jantung terdapat di sebelah dorsal, adlam sebuah pericardium. Darah memasuki jantung melalui 3 pasang ostium, yaitu lubang-lubang bentuk valvuler (berklep). Darah itu dipompa ke luar melalui 7 buah arteri, yang mengeluarkan isinya ke dalam ruang-ruang terbuka yang di sebut sinus. Sinus-sinus itu mengelirkan darah ke dalam kapiler-kapiler insang, dan dari kapiler-kepiler tersebut darah memasuki jantung melalui pericardium.
Sistem indera pada udang galah Perasa sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba) pada hewan ini sangat kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan anterior. Ada 2 buah mata majemuk yang tersusn dari banyak unit optik yang di sebut ommatidium.
Sistem ekskresi pada udang galah Terdiri atas dua buah kelenjat hijau yang membuat cairan berwarna hijau, strukturnya seperti nefridium dan terbuka pada dasar antena-antena. Sistem syaraf Pada udang terdapat “otak” di sebelah dorsal, dengan dua buah pengubung sirkumesofageal, dan sebuah rantai ganglion-ganglion disebelah ventral. ganglion ventral pertama besar, berhubungan dengan beberapa persatuang ganglion. Syaraf bercabang dari otak dan korda ventral.
Insang berbulu (insang dalam) bertaut pada segmen basal dari maksiliped kedua dan ketiga, dan bertaut pula pada empat kaki untuk berjalan yang pertama. Barisan insang kedua dan ketiga (pada beberapa jenis, antara lain Astacus sp) bertaut dengan insang luar. Insang-insang dalam itu teredam dalam air dalam ruang insang (ruang di sebelah bawah tiap karapase). Insang-insang itu mengendung pembuluh-pembuluh darah. Aliran air dalam ruang insang itu terjamin oleh adanya “ember” air yang meerupakan cabang dari maksila kedua.
Cambarus viridis atau nama udang galah, habitatnya hidup di air tawar, danau atau di dalam kolam. Tubuh sebelah luar terdapat kutikula yang tersusun oleh pectin dan garam-garam mineral. Menurut literatur, udang galah merupakan jenis udang air tawar yang memerlukan lingkungan khusus sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Udang galah sangat peka terhadap perubahan salinitas yang mendadak terutama pada saat stadia larva (Wartono Hadie. 1993).
          
2.      Belangkas (Limulus moluccanus)
Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Sub phylum     : Chelicerata
Classis            : Merostomata
Ordo                : Xiphosura
Familia             : Limulusidae          
Genus              : Limulus
Species            : Limulus moluccanus
Sumber            : Hegner, 1968
Berdasarkan hasil pengamatan saat praktikum, Limulus disebut juga kepiting raja diketahui bahwa hewan ini panjangnya dapat mencapai 60 cm. Bagian tubuhnya terdiri dari bagian anterior berupa prosoma dan bagian posterior berupa opisthosoma. Bagian prosomanya tidak bersegmen, berbentuk semi sirkular dan karapaks. Memiliki karapaks yang menutupi prosoma berbentuk sepatu kuda, cembung berwarna coklat tua dan tidak bersegmen. Selubung (parsial) abdomen segi enam lebar, dengan sepasang duri-duri yang lateral pendek. Pada bagian ini juga terdapat sepasang mata media dan sepasang mata lateral. Selain itu juga pada bagian prosoma ini terdapat 6 pasang appendage. Satu pasang pertama berupa celate chelicera, 4 pasang kaki chelate dan yang terakhir satu pasang kaki non chelate. Pada bagian dorsal terdapat dua pasang mata dan mempunyai ekor yang panjang yang disebut telson, sedang dari arah lateral mempunyai kaki yang terletak di belakang mata dengan jumlah kaki 6 pasang. Mempunyai segmen-segmen tubuh yang ada sekat-sekat di tubuhnya. Bagian opisthosomanya berbentuk heksagonal dan terdapat 6 pasang appendages. Pada satu pasang yang pertama membentuk genital operkulum berupa 5 pasang paru-paru.
Belangkas memiliki bentuk yang mirip dengan ikan pari. Tubuh dari belangkas seluruhnya diselubungi oleh cangkang yang keras dan berwarna kecoklatan. Ditinjau dari segi anatomis, tubuh dari belangkas terbagi menjadi 3 bagian utama yang masing– masing dipisahkan oleh sambungan tipis atau segmen : kepala ( prosoma), perut (opathosoma), dan ekor (telson). Di bagian kepala belangkas terdapat 9 mata yang letaknya berpencar – pencar. Bagian ekor dari belangkas bersifat keras dan mengerucut di bagian ujungnya, namun bagian pangkalnya bisa digerakkkan dan sanggup memberikan dorongan kepada belangkas untuk bergerak lebih cepat. Kemampuan dari ekor belangkas tersebut lantas memunculkan teori yang menyatakan bahwa bila ekor dari belangkas rusak atau hilang, maka belangkas yang bersangkutan akan mudah di tangkap oleh pemangsa.
Belangkas habitatnya adalah pada pantai-pantai daerah yang tropis maupun yang subtropik. Kerangkanya banyak ditemukan di pinggir pantai. Hewan ini adalah merupakan salah ordo dari Xiphosura yang masih muda, tidak memiliki pembuluh malphigi tapi memiliki insang. Hewan ini juga memiliki alat respirasi tambahan yang memungkinkan dirinya untuk bernapas di luar air. Sedangkan untuk berjalan, hewan ini hanya memiliki kaki pendek. Hewan ini biasanya aktif pada malam hari, suka menguburkan dirinya dalam pasir yang basah. Belangkas tidak mempunyai antena, letak kakinya terdapat pada thorax berjumlah 5 pasang dan jumlah tagmata 2 buah. Terdiri atas 150-200 daun yang bersifat pembuluh darah untuk respirasi. Belangkas termasuk hewan penusuk dan berduri.
Menurut literatur,  belangkas adalah hewan yang memendam di dasar laut dan hidup di pasir. Hewan ini dapat berenang atau berjalan di dasar laut. Mereka hidup di pantai-pantai yang berlumpur atau berpasir lumpur dan sering kali ditemukan didekat muara-muara sungai. belangkas seringkali ditemukan berpasang-pasangan, yang jantan terletak disebelah belakang. Ia dapat memegang betinanya dengan pasangan kaki sebelah muka yang mempunyai ujung berbentuk capit. Hewan ini umumnya tak begitu digemari karena mempunyai daging yang relatif sedikit dan yang umum dimakan adalah telurnya (Romimoharto dan Juwana, 2005).
Bagi Crustachea dan Anthropda air lain, nitrogen dibuang sebagian sebagai ammonia yang menyebar melalui insang dan sebagian lagi melalui kelenjar mesodermis yang ada di sampng kaki jalan belakang. Limulus dapat metolerisasi pada kisaran salinitas yang tinggi (Moore, 2006).

3.         Lipan (Scolopendra morsitans)
Klasifikasi :
Kingdom       :  Animalia
Phylum          :  Arthropoda
Sub phylum   :  Mandibulata
Classis           :  Chilopoda
Ordo                         :  Chilopodea
Familia          :  Scolopendridae
Genus            :  Scolopendra
Species          :  Scolopendra morsitans
Sumber          :  Hegner. 1968
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lipan memiliki tubuh panjang dan agak gepeng dengan warna coklat gelap, terdiri atas kepala dan badan yang beruas-ruas dan pada setiap segmen terdapat satu pasang kaki kecuali 2 ruas terkahir dan 1 ruas muka yang pertama yang merupakan kepala. Pada ruas terahirnya memikiki alat penjepit beracun yang berguna untuk membunuh hewan lain. Menurut  pengamatan, pada lipan terdapat kaki sebanyak 19 pasang, dan segmen sebanyak 19 buah. Mempunyai mata, antena, badan, ekor, dan mulut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa Lipan memiliki bentuk tubuh yang ramping dan pipih dorsi ventral dengan segmentasi yang terlihat jelas. Pada tiap segmen tubuh terdapat sepasang  kaki yang terletak lateral. Pada bagian kepala terdapat sepasang antena panjang yang berfungsi sebagai penunjuk arah jalan atau sebagai penanda rangsangan yang ada didepannya, sepasang mata yang masing-masing terdiri dari banyak oselli, mandibula dan dua pasang maksila. Segmen pertama di tepi caudal dilengkapi dengan sepasang cakar racun/toksilogmatha yang berfungsi sebagai proteksi serangan musuh. Maksila pada caput berfungsi sebagai cakar pemegang mangsa. Pada segmen pertama batang tubuh terdapat sepasang cakar racun bersendi empat dan pada tiap-tiap segmen yang lain kecuali pada dua segmen yang terakhir, terdapat sepasang kaki jalan kecil bersendi 7.
Pada lipan, segmen di belakang kepala terdapat satu pasang “taring bisa” (maksiliped) yang berfungsi untuk membunuh mangsanya. Pada kepala terdapat sepasang antena panjang yang terdiri atas 12 segmen, dua kelompok mata tunggal dan mulut. Hewan ini memangsa hewan kecil berupa insecta, mollusca, cacing dan binatang kecil lainnya, sehingga bersifat karnivora.
Alat pencernaan makanannya sudah sempurna artinya dari mulut sampai anus. Alat eksresinya berupa dua buah saluran malphigi. Respirasi (pernafasan) dengan trakea yang bercabang-cabang dengan lubang yang terbuka hampir pada setiap ruas. Kelaminnya terpisah sehingga terdapat hewan yang jantan dan hewan yang betina. Lubang genitalnya terdapat pada segmen yang terakhir. Reproduksi berlangsung secara ovivar dan vivipar,
Lipan merupakan hewan yang bergerak berkelok-kelok. Lipan hidup di bawah tumpukan kayu atau batu, timbunan tumbuhan yang telah membusuk dan sela-sela tanah yang pecah.

4.      Kaki seribu ( Julus virgatus)
Klasifikasi:
Kingdom         :  Animalia
Phylum            :  Arthropoda
Subphylum      :  Mandibulata
Classis            :  Diplopoda
Ordo                :  Diplopodea
Familia             :  Julidae
Genus              :  Julus
Species            :  Julus virgatus
Sumber`           : Hegner. 1968
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa Julus virgatus yang biasa disebut kaki seribu karena mempunyai kaki yang banyak sebagai alat gerak memiliki 2 ekor kaki disetiap ruas tubuhnya tubuh dari  Julus virgatus tubuhnya berbentuk silindris dan beruas-ruas (25 – 100 segmen) terdiri atas kepala dan badan. Segmen tubuh pertama setelah kepala disebut tengkuk (collum) dan tidak berkaki. Tiga segmen berikutnya (segmen 2 hingga 4) mengandung sepasang kaki pada tiap segmennya Kaki seribu yang belum dewasa sering kali mempunyai segmen terakhir yang tidak berkaki. Pada ruas ke tujuh, satu atau kedua kaki mengalami modifikasi sebagai organ kopulasi. Pada kepala terdapat sepasang antena yang pendek dan dua kelompok mata tunggal. Antenna pada hewan ini berfungsi untuk memeriksa rute perjalanannya. Toraksnya pendek dan terdiri atas 4 somit yang memilki sepasang kaki kecuali somit pertama. Abdomen yang panjang mempunyai 9 sampai 100 somit ganda yang masing-masing dengan dua pasang kaki bersegmen tubuh.
Kaki seribu memiliki rambut-rambut pembau (rambut olfaktori) dan sepasang kelenjar yang mengeluarkan aroma tertentu untuk melawan musuhnya. Juga terdapat sebuah struktur lempengan yang mungkin merupakan maksila. Kaki seribu tidak menggunakan sungut berbisa untuk melindungi diri dari musuh. Mekanisme pertahanan utamanya adalah menggulungkan diri. Kaki seribu akan menggulung tubuhnya jika diganggu atau jika dirinya merasa terancam. Bentuk tubuhnya yang memanjang menggulung menjadi spiral protektif. Tetapi ada juga yang memancarkan zat beracun berupa hydrogen sianida melalui pori-pori di sepanjang sisi tubuh. Zat ini mampu membakar eksoskeleton dari serangga kecil pengganggu seperti semut.
Alat mulut kaki seribu hanya memiliki dua pasang alat mulut, mandibula yang digunakan untuk mengunyah dan suatu keping di sebelah belakang yang disebut gnathochilarium. Organ Tömösváry: Ini adalah organ perasa yang terletak di kepala pada kebanyakan kaki seribu. Organ ini umumnya berbentuk cincin yang agak menonjol, tetapi dapat juga berbentuk dalam atau hanya sekedar berbentuk suatu lubang. Posisinya terletak di bagian belakang dasar sungut. Tidak semua bangsa kaki seribu memiliki organ ini. Ozopor: Organ ini pada kebanyakan bangsa kaki seribu terdapat pada sejumlah segmen tubuh, yaitu lubang kelenjar yang menghasilkan bau tertentu dan bagian ini agak sulit untuk dilihat. Pada kebanyakan hewan, ozopore terletak di sebelah samping tubuh dan dimulai pada segmen ke enam. Pada sebagian kecil kelompok hewan ini, lubang kelenjar terdapat di sepanjang bagian tengah dorsal.
Bagian dorsal setiap segmen cincin ditutupi dengan perisai yang kerat dan disebut tergit. Pelebaran ke arah samping tubuh dinamakan paranota. Kebanyakan kaki seribu memiliki “bintik mata” pada daerah sisi kepala. Mata demikian dapat terdiri dari sejumlah bintik mata yang bersatu membentuk daerah penglihatan. Kaki seribu dewasa umumnya mempunyai alat kelamin yang jelas. Alat kelamin tentu terdapat pada kedua jenis kelamin, hanya lebih nyata pada hewan jantan. Kaki yang berubah menjadi alat kelamin umumnya dapat ditemukan di dua bagian, di daerah segmen cincin yang ke tujuh atau pada bagian ujung tubuhnya, meliputi pasangan kaki yang terakhir.
Pasangan kaki yang terakhir umumnya dinamakan telopod. Pasangan kaki ke tujuh yang termodifikasi kadang-kadang tersembunyi pada suatu kantung. Pada kelompok hewan demikian hewan jantan terlihat tidak punya pasangan kaki pada segmen ke tujuh). Pasangan kaki ke tujuh yang mengalami modifikasi dikenal dengan gonopod. Organ ini sangat penting untuk mengidentifikasi jenis. Hewan betina mempunyai alat kelamin (kadang-kadang disebut cifopod) dapat ditemukan di sebelah belakang pasangan kaki kedua
Kaki seribu ini triploblastik selomata, memiliki rangka luar terdiri atas zat chitin dan sambungan yang terletak di antara ruas bersifat agak lunak. Jenis kelaminnya gonokoris. Kaki seribu bernapas dengan trakea dan termasuk kepada hewan herbivor serta berkembang biak dengan cara bertelur. Alat ekskresi pada hewan ini berupa dua buah saluran malphigi. terdapat sebuah struktur lempengan yang mungkin merupakan maksila. Kaki seribu juga memiliki sistem syaraf tangga tali, dan alat pencernaannya sudah sempurna.
Kaki seribu sistem peredarn darahnya terbuka. Darah tidak berwarna merah karena tidak mengandung hemoglobin (Hb), melainkan hemosianin yang larut dalam plasma. Dari jantung darah dipompa ke dalam arteri ke tiap segmen, dan kembali ke jantung lewat hemosoel (rongga tubuh yang mengambil bagian dalam peredaran darah).
Dalam beberapa spesies jantan memancarkan feromon untuk menarik si betina. Sebelum perkawinan, kaki seribu jantan terlebih dahulu mengisi organ-organ seksual sekunder dari yang utama, untuk melakukan hal ini dia harus menekukkan tubuhnya ke depan sehingga spermatophore dari Gonopores pada segmen tubuh ke-3 dapat ditransfer ke Gonopods (berarti ‘seks-kaki’) pada 7 segmen tubuh. Betina menghasilkan 10-300 telur dalm satu waktu, telur ditempat pada tempat yang lembab atau sampah organik, walaupun terkadang di tempat yang kering, sarang akan dilapisi dengan kotorannya.
Hewan kelas diplopoda bersifat herbifor, Makanannya berupa sisa-sisa tumbuhan yang membusuk dan kadang-kadang tumbuhan yang masih hidup.  Hanya yang berukuran saja menggigit manusia tetapi hanya sebagai mekanisme pertahanan. Kebanyakan kaki seribu membusuk makan daun dan mati lain tanaman materi, pelembab makanan dengan cairan dan kemudian menggoreskan dalam dengan rahang. Hewan ini hidup di darat tempat, tempat gelap seperti di dalam gua, dan pada daerah yang lembab seperti pada dedaunan mati dan serasah kayu.

5.      Kecoa (Periplaneta americana).
            Klasifikasi :
            Kingdom         : Animalia.
            Phylum            : Arthropoda.
            Classis             : Insecta.
            Ordo                : Orthoptera.
            Familia            : Blattidae.
            Genus              : Periplaneta.
            Spesies            : Periplaneta americana.
Sumber            : Jasin, Maskoeri. 1985
Berdasarkan hasil pengamatan, pada hewan kecoa terdapat  antena satu pasang, mulut, mata, segmen, sayap, tarsus, tibia, dan femur. Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval, pipih dorso-ventral. Kepala tersembunyi dibawah pronotum. Pronotum dan sayap licin, nampaknya keras, tidak berambut dan berduri. Berwarna coklat atau coklat tua. Tubuh kecoa terbagi menjadi 3 bagian dari anterior ke posterior ialah caput, thorax, dan abdomen.
Pada bagian kepala terdapat mulut yang digunakan untuk mengunyah/memamah makanan. Caput dilengkapi dengan antena dan mata, ia menyempit untuk selanjutnya membentuk leher yang pendek dan sempit. Ada sepasang mata majemuk yang dapat membedakan gelap dan terang. Di kepala terdapat sepasang antena yang panjang, alat indera yang dapat mendeteksi bau-bauan dan vibrasi di udara. Diantara kedua basis antena terdapat satu mata sederhana yang disebut ocellus.  Leher atau cervix terdapat diantara caput dan thorax Dalam keadaan istirahat kepalanya ditundukkan ke bawah pronotum yang berbentuk seperti perisai.
Bagian tengah adalah thorax yang tersusun oleh tiga segment yaitu prothorax, mesothorax dan metathorax. Kecoa adalah salah satu insekta yang termasuk ordo Orthoptera (bersayap dua) dengan sayap yang di depan menutupi sayap yang di belakang dan melipat seperi kipas. Bagian thorax ini dilengkapi dengan tiga pasang kaki disetiap segmennya dan dua pasang sayap. Kedua sayap ini digunakan sebagai penggerak pada saat terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih besar dan kuat. Sayap anterior berupa lembaran tidak tembus cahaya, sedang sayap posterior berupa lembaran tipis dan transparan. Sayap-sayap hanya terdapat pada mesothorax dan metathorax. Dirinjau dari strukturnya, sebuah sayap terdiri atas membran bawah dan atas yang merupakan hasil perluasan dari kutikula yang diperkuat dengan anyaman vena atau nervi yang bercabang-cabang. Sayap di anterior lebih kecil dibandingkan sayap posterior. Tempat melekatnya saya anterior disebut elytra.
Abdomen terdiri atas sepuluh segmen. Seluruh permukaan tubuhnya ditutupi oleh kutikula dari kitin. Badan atau perut kecoa merupakan bangunan dan sistem reproduksi. Kecoa akan mengandung telur-telurnya sampai telur-telur tersebut siap untuk menetas. Dari ujung abdomen terdapat sepasang cerci yang berperan sebagai alat indera. Cerci berhubungan langsung dengan kaki melalui ganglia saraf abdomen (otak sekunder) yang penting dalamadaptasi pertahanan. Apabila kecoa merasakan adanya gangguan pada cerci maka kakinya akan bergerak lari sebelum otak menerimatanda atau sinyal. 
Alat mulut pada kecoa terdiri dari labrum bagian yang berupa lembaran lebar, dapat digerakkan, terletak median, tidak sepasang membentuk bibir atas. Bagian yang kedua dari mulut adalah mandibula yang berada dibawah genae dan bersendi, dan gerakan mandibula adalah horizontal serupa udang. Bagian ketiga dari mulut kecoa adalah maxilaris yang terletak dibelakang mandibula.
                        Dalam daur hidupnya kecoa memiliki metamorfosis artinya ada tingkatan perkembangan yang bentuknya berubah. Kecoa mengalami metamorfosis tak sempurna. Alat pernapasannya adalah trakea yang berupa pembuluh darah yang terdapat di kiri kanan tubuhnya. Pada setiap segmen trakea bercabang menuju kulit, berakhir sebagai lubang yang disebut spirakel atau stigma.
            Hewan jantan terkenal dengan suara keriknya pada musim kawin. Hewan ini mengerik untuk menarik betina dan mengusir saingannya. Betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk menggali tanah. Hewan ini tergolong hewan yang berbuku-buku, tubuh dan badannya beruas-ruas dan sistem syarafnya tangga tali.
Habitat hewan ini yaitu di tempat-tempat yang kotor seperti gudang, tumpukan barang-barang, sampah dan lain-lain. Kecoa kebanyakkan terdapat di daerah tropis yang kemudian menyebar ke daerah sub tropisatau sampai ke daerah dingin. Kecoa banyak di temukan di rumah, vegetasi, sampah dan tanah. Kakteristik tempat yang disukai kecoa sebagai tempat tinggalnya antara lain yang banyak terdapat bahan organik seperti makanan, kertas, tekstil, wool, darah dan bahan berlemak. Tempat yang lembab, seperti kamar mandi, WC, tempat cucian, alat dapur, dan alat makan minum, serta tempat gelap dan redup. Keberadaan kecoa menunjukkan bahwa sanitasi yang kurang baik. Hewan ini juga dapat menjadi penyebar penyakit. Hewan ini mencari makanannya pada malam hari sedangkan pada waktu siang hari bersembunyi.
6.      Laba-laba (Pholcus phalangioides)
Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia.
Phylum            : Arthropoda.
Class                : Arachnida.
Ordo                : Araneae.
Family             : Pholcidae.
Genus              : Pholcus.
Species            : Pholcus phalangioides
Sumber            : Hegner. 1968
Berdasarkan hasil pengamatan, laba-laba ini memiliki kaki yang lebih panjang dari pada laba-laba lainnya. Hewan ini juga terbagi menjadi dua bagian seperti laba-laba pada umumnya yaitu kepala-dada dan abdomen. Laba-laba ini memiliki kaki yang bersendi. Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus. Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan
Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Di dalam spineret terdapat banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau kelenjar benang abdomen.Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang mengandung protein elastik.Protein elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.
Laba-laba ini juga disebut dengan laba-laba penuai. Laba-laba penuai, sebagaimana laba-laba masuk dalam golongan Arachnida. Golongan laba-laba berkaki panjang ini sering pula disebut “Daddy Longlegs”.
Kelas Arachnida dibedakan dengan kelas yang lainnya dengan tidak adanya anggota badan sebagai organ perasa yang sering disebut antena yang biasanya terdapat di bagian depan kepala di keempat kelas lainnya.




VI.        KESIMPULAN
1.        Ciri-ciri dari Arthropoda yaitu tubuh simetri bilateral, terdiri atas segmen-segmen, rangka luar yang membungkus tubuh terdiri dari zat kitin.
2.        Udang galah (cambarus viridis) termasuk dalam kelas Crustacea yang tubuhnya terdiri dari kaki renang, kaki jalan, kaki penjepit, sungut, ekor, mata, rostrum, kerangka luar, kepala dan segmen.
3.        Belangkas (limulus sp.) termasuk dalam kelas Arachnida yang memiliki dua pasang mata dan ekor panjang yang disebut telson.
4.        Lipan (scolopendra morsitans) termasuk dalam kelas Chilopoda yang memiliki kaki dan segmen yang sedikit dibandingkan dengan (julus virgatus).
5.        Kaki seribu (julus virgatus) termasuk dalam kelas Diplopoda yang memiliki banyak kaki yang berpasangan pada tiap ruas, dan mempunyai banyak jumlah segmen.
6.        Kecoa (periplaneta americana) termasuk dalam kelas Insecta yang memiliki 3 bagian tubuh yang terdiri dari bagian kepala, dada dan abdomen.
7.        Laba-laba (Pholcus phalangioides) termasuk dalam kelas Arachnida yang memiliki 2 bagian tubuh yang terdiri dari bagian kepala-dada menyatu dan abdomen.



VII.     DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bambang. 1992. Budidaya Udang Galah. Yogyakarta: Kanisius
Gambar 1. Udang galah (Cambarus viridis). http://thumbs.dreamstime.com/z/ritaglio-gigante-del-gamberetto-di-fiume-5021196.jpg  diakses pada tanggal 26 April 2015
Gambar 2. Belangkas (Limulus sp). http://www.carolinanature.com/pix/horseshoecrab0396.jpg  diakses pada tanggal 26 April 2015
Gambar 3. Lipan (Scolopendra morsitans). http://naturalselectionmedia.com/wp-content/uploads/2012/07/Damon-Wilder-Scolopendra-morsitans-2.jpg  diakses pada tanggal 27 April 2015
Gambar 4. Kaki seribu (Julus virgatus). http://www.landcareresearch.co.nz diakses pada tanggal 28 April 2015
Gambar 5. Kecoa (Periplaneta americana). http://nathistoc.bio.uci.edu/orthopt/DSCF0003b.jpg  diakses pada tanggal 27 April 2015
Gambar 6. Laba-laba (Pholcus phalangioides). http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bf/Pholcus.phalangioides.6905.jpg diakses pada tanggal 27 April 2015
Hadie , W dan Supriyatna, 1984. Pengembangan udang galah dalam hatchery dan budidaya. Yogyakarta: Kanisius
Halang, Bunda, Dharmono, Mahrudin, M.Arsyad, Amalia Rezeki. 2015. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.
Hegner, R.B. & J.G. Engemann. 1968. Invertebrata Zoology. New York : Macmillan Publishing Co. INC
Moore, Janet. 2006. An Introduction to the Invertebrates Second Edition. Cambridge: University Press.
Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta : Djabatan

0 komentar:

Posting Komentar