Senin, 08 Juni 2015

Laporan Praktikum Denaturasi Protein



PRAKTIKUM II.3

Topik               : Denaturasi Protein
Tujuan             : Untuk mempelajari proses denaturasi protein pada berbagai sumber albumin
Hari/ Tanggal  : Jumat/ 24 April 2015
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
                                                                                                                                   
I.             ALAT DAN BAHAN
A.    Alat:
1.      Tabung reaksi                                        
2.      Rak tabung reaksi                                 
3.      Pipet tetes                                             
4.      Gelasukur 10 ml                                    
5.      Gelas kimia 250 ml
6.      Kaki tiga dan kasa asbes
7.      Lampu spritus

B.     Bahan:  
1.      Larutan albumin:
a.       Telur itik tambak
b.      Telur itik pantai
c.       Telur ayam ras
d.      Telur ayam kampung
e.       Telur puyuh
f.       Telur penyu
2.      Buffer asetat pH 4,8 (1 M)
3.      HCl 0,1 M
4.      NaOH 0,1 M
5.      Air


II.           CARA KERJA
1.        Menyiapkan tabung reaksi dengan urutan sebagai berikut :
Tabung
1
2
3
Larutan albumin
9 ml
9 ml
9 ml
Buffer asetat pH 4,8 (1M)
-
-
1 ml
HCl 0,1 M
1 ml
-
-
NaOH 0,1 M
-
1 ml
-

2.        Menempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan mendinginkan pada temperature kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan mengendap?
3.        Untuk tabung – tabung (1) dan (2) menambahkan 10 ml buffer asetat pH 4,7. Menulis hasilnya

Pertanyaan:
           1.      Sifat fisik apa dari protein yang mempengaruhi kelarutan dari protein dalam percobaan ini?
           2.      Metode lain apakah yang digunakan untuk denaturasi protein?
           3.      Perubahan kimia apa yang berhubungan dengan denaturasi telur?


III.             TEORI DASAR
Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.  Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida.
Proetin banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Denaturasi adalah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa tekanan eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam anorganik terkonsentrasi, sebuah misalnya pelarut organik (cth, alkohol atau kloroform), atau panas. Jika protein dalam sel hidup didenaturasi, ini menyebabkan gangguan terhadap aktivitas sel dan kemungkinan kematian sel. protein didenaturasi dapat menunjukkan berbagai karakteristik, dari hilangnya kelarutan untuk agregasi komunal. Denaturisasi dalam pengertian ini tidak digunakan dalam penyusunan bahan kimia industri alkohol didenaturasi.
Ketika makanan dimasak, beberapa protein akan ter denaturasi. Inilah sebabnya mengapa telur rebus menjadi keras dan daging dimasak menjadi lebih padat. Sebuah contoh klasik, denaturasi protein putih telur. Saat baru dari telur, putih telur berwujud transparan dan cair. Memasak putih telur membuatnya menjadi buram, membentuk sebuah massa padat yang saling berhubungan. Transformasi yang sama dapat dilakukan dengan suatu bahan kimia yang bersifat men-denaturasi. Menuangkan putih telur ke dalam gelas kimia aseton juga akan mengubah putih telur buram dan padat. Kulit, yang terbentuk pada susu beku adalah contoh lain protein didenaturasi umum.
Protein didenaturasi dapat menunjukkan berbagai karakteristik, dari hilangnya kelarutan untuk agregasi komunal. agregasi Komunal adalah fenomena agregasi protein hidrofobik untuk datang mendekat dan membentuk ikatan antara mereka, sehingga mengurangi luas areal terkena air.





V.  ANALISIS DATA
Pada praktikum kali ini dilakukan 3 kali percobaan. Percobaan pertama dengan menggunakan larutan putih telur dari berbagai sumber sebanyak 9 ml yang dicampurkan dengna HCl 0,1 M sebanyak 1 ml. Percobaan kedua dengan bahan yang sama dan ditambahkan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml, dan percobaan yang ketiga dengan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M sebanyak 10 ml.
Dalam percobaan dipergunakannya buffer atau larutan penyangga asam asetat pH 4,7 (1 M) adalah sebagai pembanding dengan senyawa NaOH dan senyawa HCl, untuk melihat terjadinya denaturasi yang sempurna ataupun tidak. Larutan penyangga ini merupakan larutan yang mampu mempertahankan pH-nya meskipun ke dalamnya dilakukan penambahan sedikit asam seperi penambahan HCl ataupun sedikit basa sepeti penambahan NaOH.
1.    Telur itik tambak
a.      Putih telur itik tambak + HCL
Pada tabung reaksi berisi larutan putih telur itik tambak sebanyak 9 ml dicampur dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna putih keruh terdapat gelembung dipermukaan, dan terdenaturasi sempurna dan. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih susu dan berbentuk padat. Setelah didinginkan pada temperatur kamar kemudian ditambahkan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan larutannya berubah menjadi heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik tambak mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna
b.      Putih telur itik tambak + NaOH
Pada tabung reaksi kedua yang berisi larutan putih telur itik tambak sebanyak 9 ml dicampur dengan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna putih keruh, dibagian atas bening dan dipermukaan terdapat sedikit gelembung. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kekuningan dan berbentuk padat. Setelah tabung reaksi didingin pada suhu kamar kemudian ditambahkan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan berubah menjadi heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik tambak mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna
c.       Putih telur itik tambak + Buffer Asetat
Pada tabung ketiga yang berisi larutan putih telur itik pantai sebanyak 9 ml dicampur dengan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M. Setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan dibagian berwarna putih keruh, bening ditengah, dan putih keruh dibagian bawah. Tahap akhir larutan dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih susu dan bebentuk padat. Hal ini menunjukkan bahwa putih telur itik tambak mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna
2.    Telur itik pantai
a.      Putih telur itik pantai + HCL
Pada tabung reaksi berisi larutan putih telur itik pantai sebanyak 9 ml dicampur dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna kuning transparan Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih susu dan berbentuk padat. Setelah tabung terasa dingin kemudian ditambahkan 1 ml bufer asetat dengan pH 4,7 dan menghasilkan larutan yang bersifat heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik pantai mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
b.      Putih telur itik pantai + NaOH
Pada tabung reaksi kedua yang berisi larutan putih telur itik pantai sebanyak 9 ml dicampur dengan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna kuning transparan. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 10 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kekuningan, terdenaturasi sempurna dan menjadi berbentuk padat. Setelah tabung terasa dingin kemudian di tambahkan 1 ml bufer asetat dengan pH 4,7 dan menghasilkan larutan yang bersifat heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik pantai mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
c.       Putih telur itik pantai + buffer asetat
Pada tabung ketiga yang berisi larutan putih telur itik pantai sebanya9 ml dicampur dengan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M. Setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna kuning transparan. Tahap akhir larutan dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih susu dan berbentuk padatan. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik pantai mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.

3.      Telur ayam ras
a.      Putih telur ayam ras + HCl
Pada tabung reaksi berisi larutan putih telur ayam ras sebanyak 9 ml dicampur dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna putih keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih susu dan berbentuk padat. Setelah tabung terasa dingin kemudian di tambahkan 1 ml bufer asetat dengan pH 4,7 dan menghasilkan larutan yang bersifat heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur ayam ras mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
b.      Putih telur ayam ras + NaOH
Pada tabung reaksi kedua yang berisi larutan putih telur ayam ras sebanyak 9 ml dicampur dengan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna putih keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kekuningan, terdenaturasi sempurna dan menjadi berbentuk padat. Setelah tabung terasa dingin kemudian di tambahkan 1 ml bufer asetat dengan pH 4,7 dan menghasilkan larutan yang bersifat heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur ayam ras mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
c.       Putih telur ayam ras + Buffer asetat
Pada tabung ketiga yang berisi larutan putih telur ayam ras sebanyak 9 ml dicampur dengan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M. Setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna putih keruh. Tahap akhir larutan dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kekuningan dan berbentuk padat. Hal ini menunjukkan bahwa putih telur ayam ras mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
4.      Telur ayam kampung
a.      Putih telur ayam kampung + HCL
Pada tabung reaksi berisi larutan putih telur ayam kampung sebanyak 9 ml dicampur dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah kuning keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kuning dan denaturasi sempurna. Setelah tabung terasa dingin kemudian ditambahkan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan larutan menjadi heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur ayam kampungmengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
b.      Putih telur ayam kampung + NaOH
Pada tabung reaksi kedua yang berisi larutan putih telur ayam kampung sebanyak 9 ml dicampur dengan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna kuning keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 0C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kekuningan pekat. Setelah tabung terasa dingin kemudian ditambahkan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan larutan terlihat heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik tambak mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
c.       Putih telur ayam kampung +  Buffer asetat
Pada tabung ketiga yang berisi larutan putih telur ayam kampung sebanyak 9 ml dicampur dengan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M. Setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna kuning keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kuning dan berbentuk padat. heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur ayam kampug mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
5.      Putih telur penyu
a.      Putih telur penyu + HCL
Pada tabung reaksi berisi larutan putih telur penyu sebanyak 9 ml dicampur dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna putih keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih keruh dan tidak berwujud padat. Setelah didinginkan pada temperatur kamar kemudian ditambahkan larutan buffer asetat pH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan larutan yang tidak mengalami perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa telur penyu tidak mengalami denaturasi sempurna.
b.      Putih telur penyu + NaOH
Pada tabung reaksi kedua yang berisi larutan putih telur penyu sebanyak 9 ml dicampur dengan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna putih keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih keruh dan tidak berwujud padat. Setelah tabung didinginkan pada temperatur kamar kemudian ditambahkan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan larutan yang tidak mengalami perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa telur penyu tidak mengalami denaturasi sempurna.
c.       Putih telur penyu + buffer asetat
Pada tabung ketiga yang berisi larutan putih telur penyu sebanyak 9 ml dicampur dengan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M. Setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna putih keruh.Tahap akhir larutan dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih keruh dan tidak mengalami perubahan wujud. Hal ini menunjukkan bahwa telur penyu tidak mengalami denaturasi sempurna.
6.      Putih Telur Puyuh
a.      Putih telur puyuh + HCl
Pada tabung reaksi berisi larutan putih telur puyuh sebanyak 9 ml dicampur dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah kuning keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kekuningan. Setelah tabung terasa dingin kemudian ditambahkan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan larutan menjadi heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik tambak mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
b.      Putih telur puyuh + NaOH
Pada tabung reaksi kedua yang berisi larutan putih telur puyuh sebanyak 9 ml dicampur dengan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna kuning keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kekuning-kuningan. Setelah tabung terasa dingin kemudian ditambahkan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan larutan terlihat heterogen. heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik tambak mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
c.       Putih telur puyuh + buffer asetat
Pada tabung ketiga yang berisi larutan putih telur puyuh sebanyak 9 ml dicampur dengan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M. Setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna kuning keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kekuningan dan denaturasi sempurna.
7.      Telur itik Jawa
a.      Putih telur itik Jawa + HCl
Pada tabung reaksi berisi larutan putih telur itik Jawa sebanyak 9 ml dicampur dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah kuning keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih hijau. Setelah tabung terasa dingin kemudian ditambahkan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan larutan menjadi heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik Jawa mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
b.      Putih telur itik Jawa + NaOH
Pada tabung reaksi kedua yang berisi larutan putih telur itik Jawa sebanyak 9 ml dicampur dengan NaOH 0,1 M sebanyak 1 ml setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna kuning keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 920C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih kehijauan. Setelah tabung terasa dingin kemudian ditambahkan larutan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M maka didapatkan larutan terlihat heterogen. Pada percobaan ini menunjukkan bahwa putih telur itik tambak mengalami denaturasi sempurna ditandai dengan terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna.
c.       Putih telur itik Jawa + buffer asetat
Pada tabung ketiga yang berisi larutan putih telur itik jawa sebanyak 9 ml dicampur dengan buffer asetat PH 4,7 dengan konsentrasi 1 M. Setelah dikocok hasil yang didapat pada tahap awal sebelum dipanaskan ialah larutan berwarna kuning keruh. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath dengan suhu 78,90C selama 15 menit didapatkan hasil ialah larutan berwarna putih hijau dan denaturasi sempurna.
Berdasarkan percobaan di atas, penambahan HCl 0,1 M dan NaOH 0,1 M serta buffer asetat 1 M ke dalam larutan albumin berbagai jenis telur, disini menghasilkan larutan yang mengalami koagulasi (penggumpalan). Akan tetapi, ada larutan yang koagulasinya sempurna dan koagulasinya yang tidak sempurna. Terjadinya koagulasi yang merata atau sempurna ini menunjukkan bahwa larutan albumin tersebut mengalami proses denaturasi. Terjadinya denaturasi pada larutan albumin dalam percobaan disebabkan oleh beberapa faktor yang membuat larutan albumin terdenaturasi, yaitu :
1.    Suhu tinggi, yang disebabkan oleh adanya pemanasan. Kebanyakan protein terdenaturasi jika dipanaskan pada suhu yang tinggi (60-900C)
2.    Keasaman, yaitu terjadinya perubahan PH yang sangat ekstrim.
Isolistik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisik dan kimia erat hubungannya dengan PH isolistik. Ini dari hasil pengamatan tersebut akan tidak rata, sementara apabila larutan dalam keadaan basa maka gumpalan yang terbentuk akan rata, maka dari hasil percobaan tersebut disimpulkan bahwa denaturasi sangat dipengaruhi oleh PH yang bersenyawa dengan larutan albumin
3.    Adanya pengaruh mekanik, seperti guncangan.
Dalam percobaan, penambahan HCl dan NaOH serta buffer asetat ke dalam larutan albumin berbagai jenis telur setelah dipanaskan menghasilkan larutan yang mengalami koagulasi (penggumpalan). Akan tetapi, ada larutan yang koagulasinya sempurna dan koagulasinya tidak sempurna.
Faktor-faktor itulah yang membuat larutan albumin terdenaturasi. Koagulasi yang terjadi pada larutan albumin tidak akan dapat kembali seperti semula walapun sudah didinginkan. Proses denaturasi protein ini merubah fisik protein sehingga dapat menghilangkan sifat kelarutannya. Pada percobaan diatas menunjukkan terjadinya proses denaturasi yang terjadi pada protein yang terkandung pada albumen telur. Denaturasi adalah perubahan struktu protein dimana pada keadaan terdenaturasi sempurana, hanya struktur primer protein saja yang tersisa, protein tidak lagi memiliki struktur sekunder, tersier dan quarterner. Akan tetapi, belum terjadi pemutusan ikatan peptida pada kondisi terdenaturasi sempurna ini. Denaturasi. protein yang berlebihan dapat menyebabkan insolubilisasi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat fungsional protein yang tergantung pada kelarutannya. Kebanyakan protein terdenaturasi jika dipanasakan pada suhu yang tinggi (60-90oC). Denaturasi protein juga dapat terjadi pada suasana asam (pH < 5,0). Protein memiliki kelarutan minimum pada titik isoelektriknya, sehingga akan mudah mengendap pada pH tersebut.
Denaturasi dapat terjadi oleh banyak bahan. Termasuk di dalamnya adalah panas dan bahan kimia yang merusak ikatan hydrogen dalam protein tersebut. Terdapat banyaknya konformasi antara asli molekul protein dan konformasi dimana rantai protein ada dalam keadaan rambang sempurna meruang. Pada konformasi terakhir ini, protein dikatakan mengalami denaturasi sempurna. Akan tetapi, terjadinya keadaan rambang sempurna rantai protein tidak harus berarti hilangnya fungsi biologis. Fungsi biologis memiliki aktivitas maksimum pada keadaan aslinya, dan suatu perubahan dalam struktur yang menyebabkan hilangnya fungsi alami protein tersebut.
Pada albumin yang tidak mengalami denaturasi sempurna yaitu pada albumin telur penyu, dimana disebabkan mungkin tidak terjadinya koagulasi yang tidak sempurna. Hal ini terjadi karena asam amino penyusun protein berbeda dengan telur lainnya. Menurut Robinson (1995) protein berbeda satu sama lain karena masing-masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam amino merupakan abjad struktur protein, karena molekul-molekul ini dapat disusun dalam jumlah deret yang hampir tidak terbatas, untuk membuat berbagai protein dalam jumlah yang hampir tidak terbatas pula.
Semua protein telur terkoagulasi kecuali ovomucoid dan phosvitin. Pada telur penyu, tinggi akan ovomucoid, hal ini menyebabkan telur penyu tetap cair walaupun telah dilakukan perebusan. Tetap cairnya telur penyu setelah direbus bukan berarti tidak matang. Telur telah matang, hanya komponennya yang tetap cair.


VI. KESIMPULAN
1.      Denaturasi protein adalah protein yang mengalami kerusakan struktur seperti terjadinya perubahan fisik proein sehingga protein kehilangan fungsinya.
2.      Faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi protein, yaitu pengaruh suhu yang tinggi, pengaruh pH, dan pengaruh mekanik.
3.      Larutan albumin banyak terdapat pada bagian putih telur. Larutan albumin yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan yang berasal dari putih telur itik tambak, telur itik pantai, telur ayam ras, telur ayam kampung, telur penyu, telur puyuh, dan telur itik Jawa.
4.      Pada semua putih telur yang digunakan pada percobaan ini mengalami proses denaturasi yang sempurna, kecuali pada telur penyu yang mengalami denaturasi yang tidak sempurna.




0 komentar:

Posting Komentar