Sabtu, 30 Mei 2015

Praktikum III Morfologi Tumbuhan



PRAKTIKUM III
Topik               : Tata letak daun, rumus daun, dan diagram daun
Tujuan             : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan rumus  daun serta menggambar bagan dan diagram daun.
Hari/Tanggal   : Sabtu/7 Maret 2015
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
                                                      
I.          ALAT DAN BAHAN
A.    Alat
1.      Baki/nampan
2.      Alat tulis
3.      Kamera digital
B.     Bahan
1.      Ranting Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
2.      Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
3.      Tumbuhan Pandan (Pandanus sp)
4.      Tanaman Bayam (Amaranthus spinosus L.)
5.      Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

  II.      CARA KERJA
1.      Mengamati duduk daun pada ranting, cabang, atau batang (tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan, berkarang, roset batang, roset akar, monospirotik, trispirotik).
2.      Menghitung rumus daun: ½, 2/5, 3/5, dst.
3.      Menggambar bagan dan diagram daun serta membuat foto pengamatan.
4.      Membuat laporannya.




III.      TEORI DASAR
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang terpisah pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang di lewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak antara kedua daun pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang di sebut sudut disvergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun dapat dilakukn dengan bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A.  Bagan Tata Letak Daun
Untuk membuat bagan tata letak daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B.   Diagram Tata Letak Daun
Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus di pandang sebagai kerucut memanjang, denan buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
C.  Spirostik dan Parastik
Pada suatu tumbuhan garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik ialah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula. Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi yang diberi nama lain spirostik.
Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daunnya seakan-akan mengikuti garis spiral ke kiri atau ke kanan. Garis spiral dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan menghubungkan daun-daun yang menurut ke  arah samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya ke kanan. Dari sudut situ pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Gari-garis itu disebut parastik.
V.      ANALISIS DATA
1.   Ranting kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Malvales
Family             : Malvaceae
Genus              : Hibiscus
Species            : Hibiscus rosa-sinensis L.
Sumber            : Cronquist. 1981
Berdasarkan hasil pengamatan, daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) memiliki jumlah daun pada tiap buku sebanyak satu daun dan tersebar. Daun kembang sepatu termasuk daun tidak lengkap karena mempunyai tangkai daun, helaian daun dan tidak mempunyai pelepah daun. Setelah kami amati, pada batang tanaman Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) tumbuhan ini mempunyai bentuk batang bulat, berkatu keras, diameter sekitar ± 9 cm, tingginya sekitar ± 3, tangkai daun silindris, sisi atas tegak pipih dan menebal pada pangkalnya. Pada Daun, tepinya beringgit, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 10-16 cm, lebar 5-11 cm, warna hijau muda, hijau.
Rumus daun merupakan perbandingan banyaknya daun yang tegak lurus yang dikelilingi garis spiral pada batang (a) dan jumlah daun yang dilewati (b) = a/b. Rumus ini diperoleh dengan menentukan daun pertama sebagai patokan (∆o), kemudian menentukan daun di atasnya yang persis tegak lurus dengan daun pertama tadi, setelah daun yang sejajar didapatkan, baru menghitung jumlah daun pertama sampai daun yang tegak lurus tadi, tetapi menghitung daunnya dimulai dari daun kedua. Pada kembang sepatu, untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 2 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 5 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, itulah rumus daun (divergensi)nya. Pada rumus daun yaitu 2/5 kita dapat melihat daun pertama letaknya sama dengan daun ke enam begitu juga daun ke dua sama dengan daun ke tujuh, karena melewati 5 daun. Dengan menggunakan rumus daun dapat menggunakan jarak sudut antara dua daun yang berturut-turut yaitu dikali besarnya lingkaran = a/b x 360˚. Sudut yang berdekatan antara dua daun ini disebut dengan sudut divergensi . Pada ranting kembang sepatu  sudut yang dibentuk antara dua daun yang berdekatan yang besarnya selalu sama yaitu 144˚.

2.      Ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Gentianales
Family             : Apocynaceae
Genus              : Allamanda
Species            : Allamanda cathartica L.
Sumber            : Steenis, 2003
Berdasarkan hasil pengamatan, Allamanda cathartica L. duduk daun pada batang atau cabangnya berkarang, yakni setiap buku batang terdapat lebih dari dua daun (empat sampai lima daun). Karena tata letak daunnya berkarang rumus daun Allamanda cathartica L. tidak dapat ditentukan. Tanaman Alamanda memiliki daun yang ujungnya meruncing, pangkal daun tumpul, tepi daun rata dan pada permukaan daunnya licin.
Tanaman alamanda termasuk dalam golongan perdu berkayu dengan tinggi yang dapat mencapai 2 meter. Pada bagian batang cabang ataupun ranting terdapat duri-duri (spina) yang bentuknya “kait” sebagai alat pemanjat. Tanaman ini bersifat evergreen (hijau sepanjang tahun). Batangnya yang sudah tua akan berwarna cokelat karena pembentukan kayu, sementara tunas mudanya berwarna hijau. Daun-daun tumbuh rimbun serta tunggal. Bentuknya mirip jantung hati yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan warna hijau tua namun, ada pula yang belang-belang (variegata) antara hijau dan putih bercampur kekuning-kuningan. Daunnya memiliki bentuk yang melancip di ujung dengan permukaan yang kasar dengan panjang 6 hingga 16 cm. Bunga alamanda berwarna kuning dan berbentuk seperti terompet dengan ukuran diameter 5-7.5 cm. Tanaman ini memiliki bunga yang harum. Tanaman ini tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 700 meter dan dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun asalkan mendapatkan paparan sinar matahari penuh.
Menurut Gembong Tjitrosoepomo dalam bukunya Morfologi Tumbuhan (1985), tata letak daun yang demikian ini dinamakan: berkarang (folia verticillata), dapat a.l. ditemukan pada pohon pulai (Alstonia scholaris R. Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.). oleander (Nerium oleander L.).

3.      Tumbuhan Pandan (Pandanus sp)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Pandanales
Family             : Pandanaceae
Genus              : Pandanus
Species            : Pandanus sp
Sumber            : Steenis, 2003
Berdasarkan hasil pengamatan, tumbuhan pandan (Pandanus sp.) mempunyai tata letak daun yang mengikuti garis-garis ortostik yang mengalami perubahan menjadi garis spiral yang melingkari batang. Hal itu juga dapat terjadi karena  pertumbuhan batang tidak lurus tetapi memutar. Oleh sebab itu, ortostiknya ikut memutar yang disebut spirostik. Batang tanaman pandan memperlihatkan tiga spirostik, oleh sebab itu tanaman pandan  juga tidak dapat ditentukan rumus daunnya. Morfologi daun pandan yaitu daun dengan ujung segitiga lancip, tepi daun dan lapisan bawah dari pada ibu tulang daun berduri tempel (emergensia), berlilin dan hijau tua, daun bentuk pita berpelepah.
Menurut Gembong Tjitrosoepomo dalam bukunya yang berjudul morfologi tumbuhan, tumbuhan yang memiliki spirostik misalnya pancing (Costus speciosus Smith) mempunyai satu spirostik, Bupleurum falcatum mempunyai dua spirostik, pandan (pandanus sp) mempunyai 3 spirostik.

4.      Tanaman Bayam (Amaranthus spinosus)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Caryophyllales
Family             : Amaranthaceae
Genus              : Amaranthus
Species            : Amaranthus spinosus L.
Sumber            : Steenis, 2003
Berdasarkan hasil pengamatan, daun Bayam (Amaranthus spinosus) memiliki jumlah daun pada tiap buku sebanyak satu daun dan tersebar (folia sparsa). Pada tumbuhan bayam, helaian daunnya bulat telur dengan susunan tulang daun menyirip, pangkal daun tumpul dengan  ujung daun yang agak membulat sedangkan tepi daunnya rata. Batangnya basah dan berair berbentuk bulat dan mempunyai permukaan batang yang licin, tangkai daun silinder, sisi agak pipih, daun menebal pada pangkalnya. Arah tumbuh batang tegak lurus dan tipe percabangannya adalah monopodial yaitu batang pokok tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang. Sifat batangnya sirus pendek yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas pendek selain daun. Tumbuhan bayam merupakan herba yang berumur satu tahun atau anual.
Rumus daun merupakan perbandingan banyaknya daun yang tegak lurus yang dikelilingi garis spiral pada batang (a) dan jumlah daun yang dilewati (b) = a/b. Rumus ini diperoleh dengan menentukan daun pertama sebagai patokan (∆o), kemudian menentukan daun di atasnya yang persis tegak lurus dengan daun pertama tadi, setelah daun yang sejajar didapatkan, baru menghitung jumlah daun pertama sampai daun yang tegak lurus tadi, tetapi menghitung daunnya dimulai dari daun kedua. Pada tumbuhan bayam, untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 2 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 5 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 2/5, itulah rumus daun (divergensi)nya. Pada rumus daun yaitu 2/5 kita dapat melihat daun pertama letaknya sama dengan daun ke enam begitu juga daun ke dua sama dengan daun ke tujuh, karena melewati 5 daun. Sudut yang berdekatan antara dua daun ini disebut dengan sudut divergensi . Pada ranting kembang sepatu  sudut yang dibentuk antara dua daun yang berdekatan yang besarnya selalu sama yaitu 144˚.

5.      Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Magnoliophyta
Classis             : Magnoliopsida
Ordo                : Violales
Family             : Caricaceae
Genus              : Carica
Species            : Carica papaya L.
Sumber            : Steenis, 2003
Berdasarkan hasil pengamatan, daun pepaya merupakan daun tunggal dan pada tiap-tiap buku-buku batang pepaya terlihat hanya terdapat satu daun saja, sehingga tata letak daun pepaya adalah tunggal tersebar (folia sparsa). Tanaman pepaya merupakan semak berbentuk pohon dengan tipe batang berkayu, lurus, bulat silindris dengan permukaan batang memperlihatkan adanya bekas-bekas tangkai daun dan pada sebelah dalam batangnya terdapat spons dan memiliki rongga. Arah tumbuh batang adalah memanjat dengan tipe percabangan monopodial dan merupakan tumbuhan bineal, daun berjejal pada ujung batang. Susunan daunnya tunggal dan tata letak daunnya adalah soret batang.
Rumus daun merupakan perbandingan banyaknya daun yang tegak lurus yang dikelilingi garis spiral pada batang (a) dan jumlah daun yang dilewati (b) = a/b. Rumus ini diperoleh dengan menentukan daun pertama sebagai patokan (∆o), kemudian menentukan daun di atasnya yang persis tegak lurus dengan daun pertama tadi, setelah daun yang sejajar didapatkan, baru menghitung jumlah daun pertama sampai daun yang tegak lurus tadi, tetapi menghitung daunnya dimulai dari daun kedua. Pada tanaman Pepaya (Carica papaya L.) rumus daunnya 3/8, maksud angka 3 tersebut adalah untuk mempertemukan daun yang satu dengan yang lain yang terletak dalam satu garis yang sama harus mengelilingi batang sebanyak tiga kali putaran, dan maksud dari angka 8 tersebut adalah pada saat melakukan tiga kali putaran jumlah daun yang dilaluinya adalah berjumlah delapan dan perhitungannya dimulai dari daun kedua. Jadi Jadi untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang 3 kali, dan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah 8 kali, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan 3/8, itulah rumus daun (divergensi)nya. Dari rumus tersebut dapat kita cari sudut divergensinya, yaitu jarak sudut antara dua daun berturut-turut.
Sudut divergensi:

VI.             KESIMPULAN
1.    Tata letak adalah aturan mengenai letaknya daun. Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batang, tata letak daun pada tumbuhan tingkat tinggi terbagi menjadi tiga, yaitu: tersebar (folia sparsa), berhadapan-berselang (folia oposita atau folia decussata), dan berkarang (folia verticillata).
2.    Rumus daun dapat dilihat dari daun yang sejajar dengan berpatokan pada tercapainya garis tegak lurus dengan daun yang mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang dilewati selama yang merupakan b. Sehingga rumus daun adalah a/b.
3.    Pada bagan tata letak daun digambar berdasarkan rumus daun sebagai silinder dan digambar membujur ortostik-ortostiknya demukian pula buku-buku batangnya. Pada diagram tata letak daun dipandang sebagai kerucut memanjang, dengan buku-buku batang sebagai lingkaran-lingkaran  yang sempurna dan dibuat berdasarkan rumus daun.
4.    Tumbuhan bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis) tata letak daunnya tersebar, rumus daunnya a/b = 2/5 dan  sudut disvergensinya 2/5 x 360° = 144°
5.    Tumbuhan bayam (Amaranthus spinosus L.) tata letak daunnya tersebar, rumus daunnya a/b = 2/5 dan sudut disvergensinya 2/5 x 360° = 144°
6.    Tumbuhan pepaya (Carica papaya L.), tata letak daunnya tersebar, rumus daunnya a/b = 3/8 dan sudut disvergensinya 3/8 x 360° = 135°
7.    Pada ranting alamanda (Allamanda cathartica L.) dan tumbuhan pandan (Pandanus sp) tidak dapat ditentukan rumus daunnya karena ranting Alamanda (Allamanda cathartica L.)  memiliki tata letak daun berkarang dan  tumbuhan pandan (Pandanus sp) memiliki tata letak daun spirostik.

0 komentar:

Posting Komentar