PRAKTIKUM II.1
Topik : Uji Reaksi Protein
Tujuan :Untuk
mengetahui apakah dalam suatu senyawa / larutan mengandung glukosa.
Hari/
Tanggal : Jum’at/ 27 Maret 2015
Tempat
: Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
ALAT DAN BAHAN
Alat:
1.
Tabung reaksi 4.
Pipet tetes
2.
Rak tabung reaksi 5.
Gelas kimia 100 ml
3.
Gelas ukur
Bahan:
1.
NaOH 2,5 N
2.
CuSO4 0,01 M
3.
Larutan Protein: a. Telur itik
tambak g. Telur burung
puyuh
b. Telur itik pantai h. Susu cair
c. Telur itik Jawa i. Susu kental manis
d. Telur ayam ras j. Susu bubuk
e. Telur ayam kampung k. Susu kedelai
f. Telur penyu
II.
CARA KERJA
1.
Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N ke dalam 3 ml larutan protein dan aduk
2.
Menambahkan setetes CuSO4 0,01 M sebanyak 3 tetes.
3.
Memperhatikan perubahan warna yang terjadi
Pertanyaan:
1.
Warna apa yang terjadi?
2.
Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4?
3.
Mengapa garam ammonium mengganggu?
4.
Sebutkan dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji protein
positf!
III.
TEORI
DASAR
Biuret dihasilkan
dengan memanaskan uea kira-kira pada 1800 C.
NH2 NH2
C
= O + C= O
NH2 NH2
Urea
Dalam larutan basa,
biuret memberikn warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini disebut
reaksi biuret, kemungkinan terbentuk kompleks Cu++ dengan gugus –CO
dan –NH dari rantai pepetide dalam suasana basa. Dipeptida dan asam-asam amino
(kecuali histidina, serina, dan treonina) tidak memberikan uji ini.
Protein adalah suatu
polipeptida, yang mempunyai bobot molekul sangat barvariasi, dari 5000 hingga
lebih dari satu juta. Di samping berat molekul yang berbeda-beda, protein
mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air,
tetapi ada juga yang tidak mudah larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu
protein yang tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein
yang terdapat pada bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi.
Ada empat tingkat
struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener.
Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul
protein. Oleh karena ikatan antar asam amino ialah ikatan peptida, maka
struktur primer protein juga menunjukkna ikatan peptida yang urutannya
diketahui.
Ditinjau dari strukturnya,
protein dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan protein sederhana
dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan protein sederhan ialah protein yang
hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino, sedangkan protein gabungan ialah
protein yang tediri atas protein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut
gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid dan asam nukleat.
Protein sederhana dapat
dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya, yaitu protein fiber dan
protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang seperti serat
atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat.
IV. HASIL PENGAMATAN
No.
|
Larutan
Protein
|
Sebelum
ditetesi NaOH dan CuSO4
|
Sesudah
ditetesi NaOH dan CuSO4
|
1.
|
Telur Itik Tambak
|
Putih keruh
|
Ungu
|
2.
|
Telur Itik Pantai
|
Putih keruh
|
Ungu Tua
|
3.
|
Telut Itik Jawa
|
Bening
kekuningan
|
Ungu Tua
|
4.
|
Telur Ayam Ras
|
Bening
kekuningan
|
Ungu
|
5.
|
Telur Ayam Kampung
|
Kuning
|
Ungu
|
6.
|
Telur Penyu
|
Kuning keruh
|
Ungu Muda
|
7.
|
Telur Burung Puyuh
|
Kuning keruh
|
Ungu
|
8.
|
Susu Cair
|
Cream Susu
|
Cream
keunguan
|
9.
|
Susu Kental Manis
|
Putih Susu
|
Ungu susu
|
10.
|
Susu Bubuk
|
Putih
|
Ungu muda
|
11.
|
Susu Kedelai
|
Putih keruh
|
Ungu keruh
|
V. ANALISIS DATA
Pada percobaan
uji reaksi protein digunakan larutanbiuret yang berupa campuran dari larutan
NaOH 2,5 N dan larutan CuSO4 0,01 M. Uji biuret didasarkan pada
reaksi antara ion Cu2+ dan ikayan peptida dalam suasana basa. Uji
ini untuk mendeteksi ada tidaknya ikatan peptida yang membentuk suatu protein.
Reaksi positif tersebut terjadi dengan adanya perbahan warna menjadi ungu akibat
tejadinya pensenyawaan antara cadangan N dari ikatan polipeptida atau
ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein dan membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atu lebih,
tetapi negatif untuk asam amino bebsad. Protein melarutkan hidroksida tembaga
untuk membenuk kompleks warna.
Larutan protein
dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambhkan larutan CuSO4 encer.
Pengjian protein selalu dilakukan pada kondisi alkasi/basa karena dalam suasana
basa CuSO4 bereaksi dengan senyawa yang mengandung dua atau lebih ikatan
peptida membentuk kompleks berwarna ungu.
Adapun hasil
yang diperoleh dari percobaan uji reaksi protein ini adalah sebagai berikut:
a.
Uji protein pada telur
Pada pengamatan uji protein pada bagian putih telur (albumin) pada
berbagai albumin yang berasal dari jenis telur yang berbeda-beda.
1.
Telur Itik Tambak
Pada pengamatan uji protein pada bagian albumin (putih telur) yang
berasal dari telur itik tambak ini sebelum direaksikan dengan biuret warnanya
putih keruh. Namun setelah direaksikan dengan biuret dan dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi ungu. Ini
membuktikan bahwa telur itik tambak mempunyai kandungan protein yang tinggi.
Terjadinya perubahan warna menjadi warna ungu disebabkan oleh terbentuknya
kompleks Cu++ dengan gugus –Co dan –NH pada gugus rantai peptida
protein.
2.
Telur Itik Pantai
Pada pengamatan uji protein pada bagian albumin (putih telur) yang
berasal dari telur itik pantai ini sebelum direaksikan dengan biuret warnanya
putih keruh. Namun setelah direaksikan dengan biuret dan dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi ungu tua. Perubahan
warna menjadi ungu tua setelah penambahan biuret ini merupakan indikator bahwa
dalam putih telur itik pantai mengandung protein yang sangat tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan protein yang terdapat pada telur itik pantai lebih
tinggi dari telur itik tambak dilihat dari perbedaan warna ungunya. Semakin
ungu larutan ketika di uji dengan biuret maka semakin tinggi kandungan
proteinnya. Terjadinya perubahan warna menjadi warna ungu disebabkan oleh
terbentuknya kompleks Cu++ dengan gugus –Co dan –NH pada gugus
rantai peptida protein.
3.
Telur Itik Jawa
Pada pengamatan uji protein pada bagian albumin (putih telur) yang
berasal dari telur itik Jawa ini sebelum direaksikan dengan biuret warnanya
bening kekuningan. Namun setelah direaksikan dengan biuret dan
dihomogenkan terjadi perubahan warna
menjadi ungu tua. Perubahan warna menjadi ungu tua setelah penambahan biuret
ini merupakan indikator bahwa dalam putih telur itik Jawa mengandung protein
yang sangat tinggi. Semakin ungu larutan ketika di uji dengan biuret maka
semakin tinggi kandungan proteinnya. Terjadinya perubahan warna menjadi warna
ungu disebabkan oleh terbentuknya kompleks Cu++ dengan gugus –Co dan
–NH pada gugus rantai peptida protein.
4.
Telur Ayam Ras
Pada pengamatan uji protein pada bagian albumin (putih telur) yang
berasal dari telur ayam ras ini sebelum direaksikan dengan biuret warnanya
bening kekuningan. Namun setelah direaksikan dengan biuret dan dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi ungu.
Perubahan warna menjadi ungu setelah penambahan biuret ini merupakan indikator
bahwa dalam putih telur ayam ras mengandung protein yang tinggi. Kandungan
protein pada telur ayam ras ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan
telur itik pantai dan elur itik Jawa. Semakin ungu larutan ketika di uji dengan
biuret maka semakin tinggi kandungan proteinnya. Terjadinya perubahan warna
menjadi warna ungu disebabkan oleh terbentuknya kompleks Cu++ dengan
gugus –Co dan –NH pada gugus rantai peptida protein.
5.
Telur Ayam Kampung
Pada pengamatan uji protein pada bagian albumin (putih telur) yang
berasal dari telur ayam kampung ini sebelum direaksikan dengan biuret warnanya
kuning. Namun setelah direaksikan dengan biuret dan dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi ungu.
Perubahan warna menjadi ungu setelah penambahan biuret ini merupakan indikator
bahwa dalam putih telur ayam kampung mengandung protein yang tinggi. Semakin
ungu larutan ketika di uji dengan biuret maka semakin tinggi kandungan
proteinnya. Terjadinya perubahan warna menjadi warna ungu disebabkan oleh
terbentuknya kompleks Cu++ dengan gugus –Co dan –NH pada gugus
rantai peptida protein. Sama halnya dengan telur ayam ras, Kandungan protein
pada telur ayam kampung ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan
telur itik pantai dan elur itik Jawa.
6.
Telur Penyu
Pada pengamatan uji protein pada bagian albumin (putih telur) yang
berasal dari telur penyu ini sebelum direaksikan dengan biuret warnanya kuning
keruh. Namun setelah direaksikan dengan biuret dan dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi ungu muda.
Perubahan warna menjadi ungu muda setelah penambahan biuret ini merupakan
indikator bahwa dalam putih telur penyu mengandung protein yang cukup tinggi.
Semakin ungu larutan ketika di uji dengan biuret maka semakin tinggi kandungan
proteinnya. Terjadinya perubahan warna menjadi warna ungu disebabkan oleh
terbentuknya kompleks Cu++ dengan gugus –Co dan –NH pada gugus
rantai peptida protein.
7.
Telur Burung Puyuh
Pada pengujian kandungan protein pada putih telur yang berasal dari
telur burung puyuh ini, sebelum direaksikan dengan biuret warnanya kuning keruh.
Namun setelah direaksikan dengan biuret dan dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi ungu. Perubahan
warna menjadi ungu setelah penambahan biuret ini merupakan indikator bahwa
dalam putih telur puyuh mengandung protein yang tinggi. Semakin ungu larutan
ketika di uji dengan biuret maka semakin tinggi kandungan proteinnya.
Terjadinya perubahan warna menjadi warna ungu disebabkan oleh terbentuknya
kompleks Cu++ dengan gugus –Co dan –NH pada gugus rantai peptida
protein.
b.
Susu
Seperti halnya perubahan yang terjadi pada larutan protein yang
berasal dari telur, pada larutan susu inipun terjadi perubahan warna secara
umum menjadi ungu namun dalam tingkatan yang bervariasi. Berikut ini adalah
perubahan warna dari masing-masing jenis susu yang diuji:
1.
Susu Cair
Pada pengujian kandungan protein pada susu cair ini sebelum
direaksikan dengan biuret warnanya cream susu. Setelah direaksikan dengan
biuret kemudian dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi cream keunguan.
Hal ini menunjukkan bahwa susu cair mengandung protein yang cukup tinggi.
2.
Susu Kental Manis
Pada pengujian kandungan protein pada susu cair ini sebelum
direaksikan dengan biuret warnanya putih susu. Setelah direaksikan dengan
biuret kemudian dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi ungu susu. Perubahan
warna menjadi ungu susu ini, merupakan petunjuk bahwa susu kental manis ini
terkandung protein yang cukup tinggi.
3.
Susu Bubuk
Pada pengujian kandungan protein pada susu bubuk ini sebelum
direaksikan dengan biuret warnanya putih. Setelah direaksikan dengan biuret
kemudian dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi ungu muda. Perubahan warna
menjadi ungu muda ini, merupakan petunjuk bahwa susu kental manis ini
terkandung protein yang cukup tinggi.
4.
Susu Kedelai
Pada pengujian kandungan protein pada susu kedelai ini sebelum
direaksikan dengan biuret warnanya putih keruh. Setelah direaksikan dengan
biuret kemudian dihomogenkan terjadi perubahan warna menjadi ungu keruh.
Perubahan warna menjadi ungu keruh ini, merupakan petunjuk bahwa susu kental
manis ini terkandung protein. Adanya kekeruhan pada larutan ini kemungkinan
dikarenakan adanya koagulasi dalam tingkatan kecil akibat reaksi dengan ion Cu++
pada CuSO4.
Berdasarkan hasil pengamatan, bahan-bahan dalam praktikum ini
mengandung protein. Namun, dalam tingkatan yang bervariasi. Reaksi positif uji
biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu atau merah muda akibat adanya
pensenyawaan antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH dari ikatan
peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam amino yang
berikatan) akan memunculkan warna ungu. Semakin pendek ikatan peptida (sedikit
asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda. Sehingga, semakin
ungu larutan ketika diuji dengan biuret maka semakin tinggi kandungan
proteinnya.
Larutan Protein + NaOH + CuSO4 ungu/ lembayung
Reaksi ini berdasarkan adanya dua atau lebih ikatan peptida dengan
reagenesia. Biuret memberikan warna lembayung (Pantjita H. 2004).
Menurut pengamatan, kandungan protein pada telur yang paling tinggi
adalah pada telur itik pantai dan telur itik Jawa. Kandungan protein yang
tinggi terdapat pada telur itik tambak, telur ayam ras, dan telur ayam kampung.
Sedangkan kandungan protein yang cukup tinggi terdapat pada telur penyu. Pada
bahan praktikum berupa telur, urutan kandungan protein yang paling tinggi ke
rendah, yaitu:
1.
Telur
itik Jawa
2.
Telur
itik pantai
3.
Telur
burung puyuh
4.
Telur
itik tambak
5.
Telur
ayam ras
6.
Telur
ayam kampung
7.
Telur
penyu
Pada bahan praktikum berupa susu, menurut pengamatan kandungan
protein yang paling tinggi terdapat pada susu kedelai. Sedangkan untuk
kandungan protein yang cukup tinggi terdapat pada susu cair, susu kental manis,
dan susu bubuk. Berikut ini urutan kandungan protein yang paling tinggi ke
rendah:
1.
Susu
kedelai
2.
Susu
kental manis
3.
Susu
cair
4.
Susu
bubuk
Menurut literatur buku Dasar-Dasar Biokimia karangan Anna
Poedjijadi dalam 100 gram telur mengandung:
1.
Telur
itik tambak terdapat 11,0 gram protein
2.
Telur
itik pantai terdapat 12,0 gram protein
3.
Telur
itik Jawa terdapat 13,0 gram protein
4.
Telur
ayam ras terdapat 10,08 gram protein
5.
Telur
ayam kampung terdapat 13 gram protein
6.
Telur
penyu terdapat 12,0 gram protein
7.
Telur
burung puyuh terdapat 13,05 gram protein.
Jadi, jika diurutkan kandungan protein yang paling tinggi ke
rendah, yaitu:
1.
Telur
burung puyuh
2.
Telur
itik Jawa
3.
Telur
ayam kampung
4.
Telur
itik pantai
5.
Telur
penyu
6.
Telur
itik tambak
7.
Telur
ayam ras
Menurut literatur yang sama, dalam 100 gram susu mengandung:
1.
Susu
cair terdapat 3,2 gram protein
2.
Susu
kental manis terdapat 7,0 gram protein
3.
Susu
bubuk terdapat 24,6 gram protein
4.
Susu
kedelai terdapat 3,5 gram protein
Jadi, menurut literatur, jika diurutkan kandungan protein yang
paling tinggi ke rendah yaitu:
1.
Susu
bubuk
2.
Susu
kental manis
3.
Susu
kedelai
4.
Susu
cair
Kandungan
protein yang berbeda-beda pada bahan praktikum ini kemungkinan disebabkan oleh
beberapa faktor. Misalnya pada telur, berbedanya kandungan protein dapat
dipengaruhi oleh proses produksi terlur itu baik alami maupun dengan bantuan
obat kimia. Pada itik biasanya diberi makan dengan jalan diangon dan diberi
pejantan, sehingga telurnya lebih organik. Sementara ayam ras menggunakan obat
untuk bertelur (tanpa pembuahan), ada kemungkinan mengandung antibiotik dan
obat-obatan lain. Pada susu, proteinnya
juga berbeda-beda hal ini kemungkinan karena pada saat pengolahannya
ditambahkan air sehingga mempengaruhi kandungan protein pada susu.
Pertanyaan:
1.
Warna
apa yang terjadi?
2.
Mengapa
harus dihindarkan kelebihan CuSO4?
3.
Mengapa
garam ammonium mengganggu?
4.
Sebutkan
dua macam zat lain selain protein yang memberikan uji biuret positif!
Jawaban:
1.
Warna
yang terjadi dalam percobaan ini adalah ungu. Namun, dalam tingkatan warna yang
berbeda-beda.
2.
Kelebihan
CuSO4 harus dihindarkan karena kelebihan CuSO4 berarti
kelebihan asam, sedangkan protein memerlukan pH netral agar struktur molekulnya
tetap.
3.
Garam
ammonium mengganggu karena menyebabkan dehidrasi. Akibatnya molekul proteein
yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah mengendap.
4.
Zat
lain yang memberikan uji biuret positif adalah karbohidrat dan lemak.
VI. KESIMPULAN
1.
Ada
empat tingkat struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier,
dan kuartenet.
2.
Larutan
biuret pada percobaan ini yang merupakan campuran dari NaOH dan CuSO4
digunakan untuk mengetahui kandungan protein pada suatu larutan atau senyawa.
3.
Perubahan
warna larutan menjadu ungu merupakan indikasi bahwa larutan uji terkandung
protein.
4.
Semakin
ungu larutan ketika diuji dengan biuret maka semakin tinggi kandungan
proteinnya.
5.
Bahan
yang berasal dari telur pada praktikum ini kandungan proteinnya secara
berurutan dari yang paling tinggi adalah telur itik Jawa, telur itik pantai,
telur burung puyuh, telur itik tambak, telur ayam ras, telur ayam kampung, dan
telur penyu.
6.
Bahan
yang berasal dari susu pada praktikum ini kandungan proeinnya secara berurutan
dari yang paling tinggi adalah susu kedelai, susu kental manis, susu cair, dan
susu bubuk
VII. DAFTAR PUSTAKA
Noorhidayati dan Hardiansyah. 2015. Penuntun Praktikum Biokimia.
Banjarmasin: PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.
Pantjita H. 2004. Ikhtisar Biokimia Dasar B. Jakarta: FK
Universitas Indonesia Press.
Poedjijadi , Anna dan Titin. 2005. Dasar-dasar
Biokimia. Jakarta: UI Press
0 komentar:
Posting Komentar