PRAKTIKUM III
Topik :
Enzim Katalase
Tujuan :
1. Untuk mengetahui bahwa enzim adalah suatu protein
2. Untuk membuktikan pengaruh enzim katalase
pada kepekatan
Hari/ Tanggal : Jum’at/ 8 Mei 2015
Tempat :
Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung reaksi 5.
Neraca
2. Rak tabung reaksi 6. Gelas kimia
3. Pisau/silet 7. Sentrifuge
4. Lumpang dan alu 8. Tabung sentrifuge
5. Kain kasa
Bahan:
1. Hati ayam
2. H2O2 50 %
3. NaOH 10 %
4.
CuSO4 1 %
5. Aquadest
II.
CARA KERJA
A. Pembuktian Enzim Katalase adalah Protein
1. Menimbang
hati ayam dan hati sapi masing-masingh seberat 25 gram dan menghaluskannya
menggunakan lumpang dan alu.
2.
Menambahkan
20 ml aquadest dan mengaduknya hingga homogen.
3.
Menyaring
campuran hati dan menampungnya dalam gelas kimia.
4.
Memasukkan
ekstrak hati ke dalam tabung sentrifuge hingga diperoleh super natan (SLE).
5.
Memasukkan
1 ml SLE ke dalam tabung reaksi.
6.
Melakukan
uji Biuret dengan meneteskan larutan NaOH 10 % dan larutan CuSO4 1 %
(masing-masing 10 tetes).
7.
Mengamati
dan mencatat reaksi yang terjadi.
B. Pengaruh
Kepekatan terhadap Kerja Enzim Katalase
1.
Menyediakan
3 buah tabung reaksi dan memberinya label 50%, 25%, dan 12,5%.
2.
Mengisi
tabung reaksi dengan berbagai kepekatan SLE ayam / sapi.
a.
Tabung 1:
50%
b.
Tabung 2:
25%
c.
Tabung 3:
12,5%
3.
Meneteskan
H2O2 kedalam tabung 1 dan menghitung banyaknya tetesan H2O2
yang diperlukan sampai gelembung tidak timbul lagi.
4.
Meneteskan
H2O2 ke dalam tabung 2 dan menghitung banyaknya tetesan H2O2
yang diperlukan sampai gelembung tidak timbul lagi.
5.
Meneteskan
H2O2 ke dalam tabung 3 dan menghitung banyaknya tetesan H2O2
yang diperlukan sampai gelembung tidak timbul lagi.
6.
Membuat
grafik yang menghubungkan antara kepekatan enzim katalase dengan banyaknya
tetesan H2O2 yang diperlukan agar gelembung tidak muncul
lagi.
III.
TEORI DASAR
Enzim berasal dari bahasa
Yunani (en = dalam ; zyme = bahan untuk mengembangkan roti. Zyme sering pula
diartikan sebagai ragi). Enzim adalah senyawa organik yang berfungsi
mempercepat reaksi metabolisme dalam tubuh tetapi tidak ikut bereaksi. Enzim
merupakan substansi penting dalam setiap reaksi kimia dalam sel. Orang pertama
yang menemukan enzim adalah Eduard dan Hans Bucher.
Mereka menemukan enzim setelah mengadakan percobaan dengan menggunakan ekstrak
sel-sel ragi yang ternyata dapat mempercepat proses fermentasi. Karena enzim dapat mempercepat reaksi
kimia, berarti enzim merupakan katalis.
Enzim Katalase dapat ditemukan pada jaringan
hewan, tumbuhan dan golongan mikroorganisme. Katalase berfungsi menguraikan H2O2 yang terbentuk selama proses pernapasan
(metabolisme sel) dengan reaksi sebagai berikut :
katalase
H2O2. H2O
+ O2
Reaksi di atas penting adanya, karena H2O2 bersifat toksik dan
harus segera dipecahkan menjadi H2O dan O2 yang non
toksik. Katalase seperti halnya enzim lainnya aktifitasnya dipengaruhi oleh
faktor suhu, pH, konsentrasi substrat dan lainnya.
Penyusun enzim yang
utama adalah molekul protein. Secara kimia, enzim tersusun atas dua bagian,
yaitu :
a. Bagian
protein (apoenzim)
Bagian protein yang bersifat labil (mudah berubah) dan tidak tahan
panas (termolabil), misalnya terpengaruh suhu dan keasaman.
b. Bagian non protein (gugus prostetik)
Bersifat tahan panas karena biasanya logam
seperti seng dan besi, atau berupa senyawa organik yang mengandung logam. Gugus
protestik ini merupakan gugusan yang aktif. Gugus protestik ini terbagi 2
bagian yaitu :
- Kofaktor
Gugus protestik ini berasal dari molekul-molekul
anorganik yang berupa ion metal, seperti ion besi (Fe2+), mangan (Mn2+),
tembaga (Cu2+),dan natrium (Na+).
- Koenzim
Koenzim merupakan molekul organik kompleks
dan kebanyakan merupakan vitamin atau turunan vitamin, seperti B1, B2, NAD+
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil Pengamatan
1.
Tabel Pembuktian Enzim Katalase adalah Protein
No.
|
Bahan
|
Sebelum
ditambahkan Biuret
|
Sesudah
ditambahkan Biuret
|
Keterangan
|
||
1
|
Ekstrak
Hati (SLE) Ayam
|
Merah
Kecoklatan
|
|
Tidak
Ada Endapan
|
||
2
|
Ekstrak
Hati (SLE) Ayam
|
Merah
Kecoklatan
|
|
Tidak
Ada Endapan
|
2.
Tabel Pengaruh Kepekatan terhadap Kerja Enzim Katalase
a.
Ekstrak Hati (SLE) Ayam
No.
|
Larutan
|
Jumlah
tetesan H2O2
|
1
|
SLE
50%
|
195
|
2
|
SLE
25%
|
169
|
3
|
SLE
12,5%
|
129
|
b. Ekstrak Hati Sapi
No.
|
Larutan
|
Jumlah
tetesan H2O2
|
1
|
SLE 50%
|
730
|
2
|
SLE 25%
|
365
|
3
|
SLE 12,5%
|
310
|
V. ANALISIS
DATA
A.
Pembuktian Enzim Katalase adalah Protein
Pada percobaan Pembuktian bahwa
enzim katalase ini merupakan suatu protein menggunakan reagen Biuret (NaOH 10%
dan CuSO4 1%). Uji biuret digunakan untuk menunjukkan adanya ikatan peptida
dalam suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya
protein, karena asam amino
berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein.
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus
karboksil suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul
lain. Ikatan peptida tersebut yang akan bereaksi dengan reagen biuret
menghasilkan perubahan warna.
1.
Ekstrak hati (SLE) Ayam
Pada percobaan ini menggunakan hati ayam yang ditimbang sebanyak 25
gram, kemudian dihaluskan menggunakan lumpang dan alu. Setelah itu, ditambahkan
20 ml aquadest dan dihomogenkan. Pada percobaan ini yaitu untuk membuktikan
bahwa enzim katalase adalah sebuah sistem dari protein yaitu dengan melakukan
uji biuret pada SLE yang telah didapat dari proses penyaringan sehingga ekstrak
hati ayam tadi terpisah menjadi residu dan SLE. Super natan yang dihasilkan
berwarna merah kecoklatan, dan setelah itu sebanyak 1 ml SLE dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan ditambahkan 20 tetes biuret (10 tetes NaOH 10% dan 10 tetes
CuSO4 1%).
Pada percobaan ini menggunakan lumpang untuk menghaluskan hati
ayam, sehingga SLE yang dihasilkan lebih pekat dan memerlukan lebih banyak
reagen biuret untuk mengubah warnanya. Setelah ditetesi biuret dan dihomogenkan
terjadi perubahan warna menjadi ungu tua. Hal ini terbukti karena jika pada uji
biuret warna yang dihasilkan ungu, maka pengujian tersebut dinamakan uji biuret positif. Reaksi positif uji biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu atau
merah muda akibat adanya persenyawaan antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH
dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam
amino yang berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan
peptida (sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa katalase merupakan protein.
2.
Ekstrak Hati (SLE) Sapi
Pada percobaan ini menggunakan hati sapi yang ditimbang sebanyak 25
gram, kemudian dihaluskan menggunakan lumpang dan alu. Seteah itu, ditambahkan
20 ml aquadest dan dihomogenkan.Pada percobaan ini yaitu untuk membuktikan
bahwa enzim katalase adalah sebuah sistem dari protein yaitu dengan melakukan
uji biuret pada SLE yang telah didapat dari proses penyaringan sehingga ekstrak
hati sapi tadi terpisah menjadi residu dan SLE. Super natan yang dihasilkan
berwarna merah kecoklatan, dan setelah itu sebanyak 1 ml SLE dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan ditambahkan 20 tetes biuret (10 tetes NaOH 10% dan 10 tetes
CuSO4 1%).
Pada percobaan ini menggunakan lumpang untuk menghaluskan hati
sapi, sehingga SLE yang dihasilkan lebih pekat dan memerlukan lebih banyak
reagen biuret untuk mengubah warnanya. Setelah ditetesi biuret dan dihomogenkan
terjadi perubahan warna menjadi ungu tua. Hal ini terbukti karena jika pada uji
biuret warna yang dihasilkan ungu, maka pengujian tersebut dinamakan uji biuret positif. Reaksi positif uji biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu atau
merah muda akibat adanya persenyawaan antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH
dari ikatan peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam
amino yang berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan peptida
(sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa katalase merupakan protein.
B.
Pengaruh kepekatan terhadap kerja
enzim katalase
1.
Ekstrak Hati (SLE) Ayam
Pada pengamatan dengan meneteskan H2O2 50 %
pada SLE dengan 3 macam kepekatan yang berbeda, sewaktu ditetesi H2O2,
SLE mengeluarkkan buih-buih yang semakin berkurang ketika penetesan terus
dilakukan dan lama-lama akan menghilang. Buih-buih tersebut merupakan O2
yang keluar dari hasil reaksi enzim terhadap H2O2. Agar
buih-buih tersebut hilang pada larutan SLE 50 % diperlukan H2O2
sebanyak ± 195 tetes atau lebih, pada larutan SLE 25 % diperlukan H2O2 sebanyak
± 169 tetes, dan pada larutan SLE 12,5% diperlukan H2O2 sebanyak
± 129 tetes. Perbedaan jumlah tetesan yang diberikan pada tiap SLE gelembung tergantung
pada kepekatan masing-masing konsentrasi SLEnya. Semakin pekat larutan maka
semakin besar intensitas jumlah tetesan H2O2.
Pada percobaan kali ini konsentrasi enzim yang besar akan semakin
banyak H2O2 yang dipecah menjadi oksigen (gelembung)
sehingga konsentrasi (banyaknya tetesan)
H2O2 sebagai substrat juga semakin bertambah, sebaliknya
semakin kecil konsentrasi enzim maka akan semakin sedikit H2O2 yang
dipecah menjadi oksigen (gelembung) sehingga konsentrasi (banyaknya tetesan) H2O2
sebagai substrat juga semakin kecil diperlukan.
2.
Ekstrak Hati (SLE) Sapi
Pada pengamatan dengan meneteskan H2O2 50 %
pada SLE sapi dengan 3 macam kepekatan yang berbeda, sewaktu ditetesi H2O2,
SLE mengeluarkkan buih-buih yang semakin berkurang ketika penetesan terus
dilakukan dan lama-lama akan menghilang. Buih-buih tersebut merupakan O2
yang keluar dari hasil reaksi enzim terhadap H2O2. Agar
buih-buih tersebut hilang pada larutan SLE 50 % diperlukan H2O2
sebanyak ± 730 tetes atau lebih, pada larutan SLE 25 % diperlukan H2O2 sebanyak
± 365 tetes, dan pada larutan SLE 12,5% diperlukan H2O2 sebanyak
± 310 tetes. Perbedaan jumlah tetesan yang diberikan pada tiap SLE gelembung
pada kepekatan masing-masing konsentrasi SLEnya. Semakin pekat larutan maka
semakin besar intensitas jumlah tetesan H2O2.
Pada percobaan kali ini konsentrasi enzim yang besar akan semakin
banyak H2O2 yang dipecah menjadi oksigen (gelembung)
sehingga konsentrasi (banyaknya tetesan)
H2O2 sebagai substrat juga semakin bertambah, sebaliknya
semakin kecil konsentrasi enzim maka akan semakin sedikit H2O2 yang
dipecah menjadi oksigen (gelembung) sehingga konsentrasi (banyaknya tetesan) H2O2
sebagai substrat juga semakin kecil diperlukan.
Karena SLE
adalah protein, maka dalam SLE tersebut ikatan pepsida yang telah dipecahkan
dalam proses hidrolase. Dapat disimpulkan konsentrasi enzim yang besar
memerlukan kecepatan reaksi yang besar pula. Dalam hal ini konsentrasi enzim
yang besar akan semakin sedikit H2O2 yang dipecah menjadi
oksigen (gelembung) sehingga (banyaknya tetesan. H2O2
sebagai substrak juga semakin kecil diperlukan.
Katalase berfungsi menguraikan H2O2 yang
terbentuk selama proses pernapasan (metabolisme sel), setelah dilakukan reaksi
penyetaraan H2O2 diperoleh persamaan reaksi sebagai berikut:
Katalase
3.
2H2O2 2H2O + O2
Kerja enzim sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi atau kepekatan enzim tersebut dan
konsentrasi atau kepekatan substrat. Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim
tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Jadi semakin tinggi konsentrasi
larutan semakin tinggi pula kecepatan reaksi yang terjadi.
Penguraian H2O2 ini sangat penting, bertujuan
agar tidak ada racun yang dapat membahayakan dalam tubuh. Oleh sebab itu maka
diperlukan penguraian zat tersebut yang dalam hal ini dibantu oleh enzim
katalase yang terdapat dalam hati menjadi oksigen dan air. Oksigen yang
dihasilkan dalam proses penguraian ini terlihat sebagai gelembung-gelembung
yang terdapat pada permukaan larutan dalam tabung reaksi pada saat percobaan
dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar