PRAKTIKUM VIII
Topik : Arthropoda
Tujuan : Mengenal ciri-ciri umum Arthropoda dan
membedakan
kelompok-kelompok utama Arthropoda.
Hari/ tanggal : Kamis/ 23 April 2015
Tempat :
Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
1.
Lup
2.
Cawan
petri
3.
Baki
4.
Pinset
5.
Eter
(obat bius) dan kapas
b. Bahan :
1.
Udang
galah (Cambarus viridis)
2.
Belangkas
(Limulus polycephalus)
3.
Lipan (Scolopendra
morsitans)
4.
Kaki
seribu (Julus virgatus)
5.
Kecoa (Periplaneta
americana)
6.
Laba-laba (Pholcus phalangioides)
II.
CARA KERJA
1.
Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Jika
hewan yang tersedia masih hidup, sebaiknya hewan tersebut dimatikan terlebih
dahulu. Memberikan eter (obat bius) pada lipan, kaki seribu dan kecoa agar
mempermudah dalam mengamati morfologinya. Meletakkan lipas, lipan, kecoa pada
cawan petri lalu memberikan obat bius dengan menggunakan kapas.
3.
Mengamati
satu persatu hewan yang tersedia. Membuat gambar sketsa (bukan lukisan) pada
hewan yang kita amati dengan embelan yang tampak
a.
Belangkas,
lipan, kaki seribu, dan kecoa mengamatinya dari arah dorsal.
b.
Udang
mengamatinya dari arah lateral.
4.
Menentukan
kelas-kelas hewan yang diamati dengan kunci mengidentifikasi Arthropoda.
III.
TEORI DASAR
Arthropoda merupakan filum terbesar dalam
kerajaan Animalia. Dari sekitar 1.250.000 species hewan yang telah dikenal dan
dideskripsikan, 1.000.000 diantaranya adalah Arthropoda. Dengan demikian, filum
ini mencakup sekitar 80 % dari semua jenis hewan yang telah dikenal saat ini.
Ini menggambarkan bahwa filum ini merupakan kelompok hewan yang paling berhasil
menghuni planet bumi.
Sebagai hasil dari daya adaptasi yang tinggi,
Arthropoda telah menyebar ke seluruh bagian bumi, baik daratan maupun perairan,
yang suhunya diatas titik beku dalam jangka waktu yang cukup lama untuk
memmungkinkan perkembangbiakan. Karena itu, anggota filum ini amat mudah
dijumpai di darat, perairan tawar, maupun laut. Selain itu, filum Arthropoda
juga mencakup satu-satunya kelompok hewan invertebrata yang dapat terbang.
Arthropoda merupakan hewan tubuhnya
bersegmen-segmen. Ada tiga ciri khas Arthropoda yang dapat dilihat dari luar.
Pertama adalah embelan yang berbuku-buku yang muncul berpasangan dari sebagian
atau semua segmen tubuh. Yang kedua adalah organisasi segmen-segmen ke dalam
bagian-bagian tubuh yang disebut tagmata (tunggal :tagma). Yang ketiga
adalah kutikula yang disekresikan oleh epidermis, yang menyelubungi tubuh dan
biasanya membentuk eksoskeleton yang keras kecuali di bagian-bagian tubuh yang
perlu lentur. Kutikula secara berklala diganti, dalam proses ganti
kulit, untuk memungkinkan pertumbuhan.
Tadinya Arthropoda yang ada saat ini
dikelompokkan kedalam dua subfilum: Chelicerata dan Mandibulata, ditambah
dengan subfilum Trilobita yang telah punah. Namun belakangan ini, banyak zoologiwan
yang berpendapat bahwa sebenarnya Arthropoda tergolong kedalam empat subfilum :
Trilobita, Chelicerata, Crustacea, dan Uniramia.
Didalam subfilum Unimaria tercakup kelas Chilopoda, Diplopoda, Pauropoda,
Symphyla, yang semuanya tadinya termasuk dalam kelas Myriapoda, dan
kelas Insecta. Klasifikasi Arthropoda ada 8: Crustacea, Onychopora,
Chilopoda, Diplopoda, Insecta, Arachnoidea, Pauropoda dan Symphyla.
Hewan-hewan yang termasuk kedalam Arthropoda
ialah Udang, Insecta, Scorpio (kalajengking) dan bayak juga yang lainnya.
Arthropoda ialoah hewan yang beruas dan tidak mempunyai tulang belakang. Arthropoda merupkan hewan yang dominant dalam
dunia ini. Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu Arthros (ruas) dan podos (kaki). Oleh sebab itu, Arthropoda disebut hewan yang
memiliki kaki beruas-ruas.
Ciri-ciri umum :
1.
Mempunyai
appendage yang beruas
2.
Tubuh
simetri bilateral terdiri atas sejumlah ruas-ruas
3.
Tubuh
dibungkus oleh zat kitin, sehingga merupakan eksoskleton (rangka luar).
4.
Biasanya
ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin,sehingga ruas-ruas
tersebut mudah untuk digerakkan.
5.
Mempunyai
system syaraf tangga tali.
6.
Coelom
pada hewan dewasa adalah kecil dan merupakan suatu rongga berisi darah dan
disebut haemocoel.
Sedangkan ciri-ciri khusus dari phylum
Arthropoda yang dapat dilihat dari luar, yaitu:
1.
Ada embelan yang berbuku-buku yang muncul berpasangan
dari sebagian atau semua segmen tubuh
2.
Ada organisasi segmen-segmen ke dalam bagian-bagian tubuh
yang disebut tagmata
3.
Ada kutikula yang disekresikan oleh epidermis yang
menyelubungi tubuh yang membentuk endoskeleton
Ciri-ciri umum dari kelas Crustacea yaitu
habitatnya di danau, air tawar, kolam dan sungai. Tubuhnya terdiri dari
cephalothorax dan abdomen serta bersegmen. Kerangka luarnya dari zat kitin dan
ciri yang terakhir yaitu makanan pokoknya berupa zat organik hidup dan zat yang
busuk. Ciri dari kelas Insecta
yaitu mulutnya terdiri dari 3 bagian yaitu mandible, maxille dan labium.
Tubuhnya terdiri atas kepala, thorax dan abdomen. Mempunyai sepasang antenna
dan biasanya terdiri dari 2 pasang sayap. Yang terakhir yaitu thoraxnya terdiri
atas 3 pasang kaki. Ciri dari kelas Chilopoda yaitu terdiri dari 15-173 segmen.
Tubuhnya rata, dorsal ventral dan memiliki maxillipedes. Antenanya panjang
dengan 12 segmen. Ciri dari kelas Diplopoda yaitu habitatnya di darat dan
bernapas dengan trakea. Makanan pokoknya berupa sayuran yang membusuk. Sistem
ekskresinya berupa pembuluh malpighi. Ciri umum dari Pauropoda yaitu habitatnya
di darat dengan tubuh terdiri dari 12 segmen. Tidak memilki alat pernapasan
khusus. Makanan pokoknya berupabinatang kecil dan sayuran. Panjang tubuhnya
lebih kecil dari 2 mm. Ciri-ciri umum dari kelas Symphyla yaitu habitatnya di
tempat yang basah dengan tubuhnya yang bersegmen. Makanan pokoknya berupa
sayuran yang membusuk. Panjang tubuhnya bervariasi antara 2,8-6 mm.
Sub filum dari Onychopora
hanya terdiri dari satu kelas yaitu kelas Onychopora. Ciri-ciri umum dari kelas
ini yaitu hidupnya dalam batu karang, kulit kayu, tempat yang lembab serta
aktif di malam hari. Mempunyai kelenjar
sebagai pelindung dan bergerak perlahan dengan kaki. Antena dari hewan ini
sensitif.
Sub filum dari Chelicerata
terdiri dari 5 kelas yaitu Merostomata, Arachnida, Pycnogonida, Tardigrada dan
Pentastomida. Kelas Merostomata mempunyai ciri-ciri yaitu tubuhnya terdiri dari
chephalothorax dan bernafas dengan insang. Memiliki 6 pasang laminate. Tidak
bergerak dengan anggota tubuh. Memilki terminal segmen tanpa sebuah caudal.
Ciri dari kelas Arachnida
yaitu tubuhnya terdiri dari chelicerae, cephalothorax dan perut. Bernapas
dengan trakea dan paru-paru dan tidak memilki antena dan rahang sejati. Kelas
Pycnogonida ciri-cirinya yaitu hidup di laut serta perkawinannya terpisah san
cephalothorax dan perut mengalami reduksi. Ciri-ciri dari kelas tardigrada
yaitu hidup di lumut, air hangat dan air garam. Tubuhnya terdiri dari 4 segmen
dan tidak mempunyai sistem pernapasan, sirkulasi dan ekskresi tetapi terdapat
sistem saraf. Yang terakhir yaitu perkembangbiakannya terpisah. Ciri dari kelas
Pentastomida yaitu hidup di darat dengan tubuh yang tidak memiliki segmen
tetapi memilki dinding. Sistem pernapasannya tidak ada dan juga sistem
sirkulasi dan ekskresi. Perkembangbiakannya terpisah.
V. ANALISIS DATA
1. Udang
galah (Cambarus viridis)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Pylum :
Arthropoda
Classis :
Crstaceae
Ordo :
Decapoda
Family :
Penapidae
Genus :
Cambarus
Species :
Cambarus viridis
Sumber : Hegner,
1968
Berdasarkan hasil pengamatan, pada udang galah didapat bagian-bagian
udang galah yaitu, mata, rostrum, sungut, kaki penjepit, kaki jalan, kaki
renang, kepala, kerangka luar, segmen, dan ekor. Pada pengamatan, udang galah memiliki abdomen yang terdiri atas 6 ruas atau
segmen yang diakhiri dengan bagian terminal yang disebut dengan telson, 5 pasang kaki renang, 5 pasang kaki jalan, sepasang kaki penjepit, 3 pasang sungut, dan mempunyai ekor
sebanyak 2 pasang.
Ditinju secara umum, badan
udang galah terrbagi atas 3 bagian, yakni: kepala dan dada (cephalothorax), badan (abdomen),
dan ekor (uropoda). Keseluruhan badan udang galah beruas-ruas, dan
terbungkus oleh kerangka luar yang terbuat dari bahan kitin. Ciri khas udang
galah adalah kepalanya berbentuk kerucut, rostrum melebar pada bagain ujungnya,
bentuknyaa memanjang dan melengkung ke atas.
Pada bagian kepala-dada
terdapat pelindung yang disebut carapae dan bagian depan
atas terdapat kerucut kepala (rostrum) yang menyerupai gergaji. Bagian kepala terdiri dari 6
ruas. Udang galah memilki dua pasang mata
yang majemuk yang tersusun atas banyak unit optik yang disebut ommatidium.
Tiap mata majemuk itu terdapat pada sebuah tangkai yang dapat digerakkan. Sungut
pertama terdiri dari 3 ruas yang terletak pada ruas kedua bagian kepala dan
ujungnya bercabang.
Pada ruas ketiga bagian
badan terdapat sungut kedua yang berupa cemeti panjang. Pada ruas keempat,
kelima dan keenam bagian badan terdapat rahang atau yang disebut mandibula,
alat pembantu rahang atas atau maxilla 1, dan alat pembantu rahang bawah
atau maxilla 2, merupakan anggota badan, digunakan sebagai alat untuk
makan.
Bagian dada udang galah
terdiri 8 ruas, yang dimulai dari ruas ketujuh, delapan, dan sembiln secara
berurutan terdapat alah pembantu rahang yang berjumlah 3 pasang atau disebut maxilliped.
Fungsinya adalah sebagai alat deteksi dan memegang makanan, sedangkan 5 ruas
berikutnya, khususnya ruas ke sepuluh , sebelas, dua belas, tiga belas, dan
empat belas, terdapat kaki jalan yang disebut pereipoda. Kaki jalan yang
pertama dan kedua, pada ujung ruas ke tujuh yang disebut doctilus,
mengalami perubahan bentuk menyerupai capit yang disebut chela. Capit ini
berfungsi untuk mengambil makanan yang berukuran besar.
Bagian perut udang galah
terdiri dari 6 ruas. Pada ruas pertama sampai kelima terdapat pasangan kaki
renang atau pleopoda. Pleopoda pada ruas ke enam mengalami perubahan
bentuk menjadi ekor kipas atau uropoda. Pleopoda terdiri dari 2 ruas, yakni
bagian pangkal yang bercabang dua, antara lain endopodit atau cabang
sebelah dalam, dan eksopodit atau cabang sebelah luar. Pleopoda pada
udang galah betina berfungsi untuk melekatkan telur selama dierami di bawah
perut. Pleopoda tersebut berbulu sehingga memudahkan perlekatan telur.
Pada bagian ekor, di
antara uropoda kanan dan kiri, terdapat ruas tubuh yang terakhir membentuk
tonjolan yang meruncing ke belakang yang disebut ujung ekor atau telson.
Menurut literatur, badan udang galah terdiri ruas-ruas yang ditutup dengan
kulit keras, tak elastis dan terdiri dari zat chitin. Badan udang galah terdiri
dari tiga bagian yaitu bagian kepala dada (Cephalothiorax), badan (abdomen) dan ekor (uropoda). Bagian cephalothorax dibungkus oleh kulit keras yang
disebut carapace. Pada bagaian depan terdapat tonjolan yang bergerigi disebut rostrum. Secara
taksonomi rostrum mempunyai fungsi sebagai penunjuk jenis (species). Ciri
khusus udang galah yang membedakan dengan jenis udang lainnya adalah bentuk rostrum yang panjang dan
melengkung seperti pedang dengan jumlah gigi bagian atas 11-13 buah dan gigi
bawah 8-14 buah. Pada bagian dada
terdapat lima pasang kaki jalan (periopoda). Pada udang galah jantan
dewasa pasangan kaki jalan ke-2 tumbuh sangat panjang dan besar,
panjangnya dapat mencapai 1,5 kali panjang badannya (Hadie dan Supriyatna,
1988).
Alat pencernaan makanan terdiri atas: mulut,
oesophagus, lambung yang terdiri dari cardiac dan pylorus, usus dan anus.
Makanan udang terutama adalah hewan-hewan akuatis yang kecil-kecil, tetapi juga
bahan organis busuk. Mulutnya di kelilingi oleh beberapa pasang alat tambahan
yang disebut alat-alat mulut. Dari mulut berlanjut ke oesophagus, lambung yang
terdiri dari bagian hardiak dan bagian pilorik, terus ke usus dan anus. Lambung
kardiak mengandung alat-alat penggerus makanan. Kelenjar digesti (kelenjar
hepatic) mengeluarkan secret enzimatis ke dalam lambung pilorik.
Sistem reproduksi dan perkembangan yaitu Kelamin terpisah (diesius). Baik testis maupun
ovarium bilobat. Testis melepaskan sperma ke dalam duktus spermatikus terus ke pori-pori
yang terdapat pada dasar pasangan kaki untuk berjalan yang kelima. Oviduk
melepaskan telur dari ovarium ke lubang-lubang pada dasar pasangan kaki untuk
berjalan yang ketiga. Stadium embrional
diselesaikan ketika telur masih bertaut dengan “swimmeret-swimmeret” hewan
betina. Bahkan larva yang telah
menetas pun tetap bertaut padanya untuk beberapa lama.
Darah udang mempunyai
cairan yang tidak berwarna dan mengandung sel amoeboid dengan corpuscular.
Jantung terdapat di sebelah dorsal, adlam sebuah pericardium. Darah memasuki
jantung melalui 3 pasang ostium, yaitu lubang-lubang bentuk valvuler (berklep).
Darah itu dipompa ke luar melalui 7 buah arteri, yang mengeluarkan isinya ke
dalam ruang-ruang terbuka yang di sebut sinus. Sinus-sinus itu mengelirkan
darah ke dalam kapiler-kapiler insang, dan dari kapiler-kepiler tersebut darah
memasuki jantung melalui pericardium.
Sistem indera pada udang galah Perasa sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba) pada
hewan ini sangat kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan
anterior. Ada 2 buah mata majemuk
yang tersusn dari banyak unit optik yang di sebut ommatidium.
Sistem ekskresi pada udang galah Terdiri
atas dua buah kelenjat hijau yang membuat cairan berwarna hijau, strukturnya
seperti nefridium dan terbuka pada dasar antena-antena. Sistem syaraf Pada udang terdapat “otak” di sebelah dorsal,
dengan dua buah pengubung sirkumesofageal, dan sebuah rantai ganglion-ganglion
disebelah ventral. ganglion ventral pertama besar, berhubungan dengan beberapa
persatuang ganglion. Syaraf bercabang dari otak dan korda ventral.
Insang berbulu (insang dalam) bertaut pada
segmen basal dari maksiliped kedua dan ketiga, dan bertaut pula pada empat kaki
untuk berjalan yang pertama. Barisan insang kedua dan
ketiga (pada beberapa jenis, antara lain Astacus sp) bertaut dengan
insang luar. Insang-insang dalam itu teredam dalam air dalam ruang insang
(ruang di sebelah bawah tiap karapase). Insang-insang itu mengendung
pembuluh-pembuluh darah. Aliran air dalam ruang insang itu terjamin oleh adanya
“ember” air yang meerupakan cabang dari maksila kedua.
Cambarus viridis atau nama udang galah, habitatnya hidup di air tawar, danau atau di
dalam kolam. Tubuh sebelah luar terdapat kutikula yang tersusun oleh pectin dan
garam-garam mineral. Menurut literatur, udang
galah merupakan jenis udang air tawar yang memerlukan lingkungan khusus sesuai
dengan kebutuhan hidupnya. Udang galah sangat peka terhadap perubahan salinitas
yang mendadak terutama pada saat stadia larva (Wartono Hadie. 1993).
2.
Belangkas (Limulus moluccanus)
Klasifikasi:
Kingdom :
Animalia
Phylum : Arthropoda
Sub phylum :
Chelicerata
Classis : Merostomata
Ordo : Xiphosura
Familia : Limulusidae
Genus : Limulus
Species : Limulus
moluccanus
Sumber : Hegner, 1968
Berdasarkan hasil
pengamatan saat praktikum, Limulus disebut juga kepiting
raja diketahui
bahwa hewan ini panjangnya dapat mencapai 60 cm. Bagian tubuhnya terdiri dari bagian anterior berupa
prosoma dan bagian posterior berupa opisthosoma. Bagian prosomanya tidak
bersegmen, berbentuk semi sirkular dan karapaks. Memiliki
karapaks yang menutupi prosoma berbentuk sepatu kuda, cembung berwarna coklat
tua dan tidak bersegmen. Selubung (parsial) abdomen segi enam lebar, dengan
sepasang duri-duri yang lateral pendek. Pada bagian ini juga
terdapat sepasang mata media dan sepasang mata lateral. Selain itu juga pada
bagian prosoma ini terdapat 6 pasang appendage. Satu pasang pertama berupa
celate chelicera, 4 pasang kaki chelate dan yang terakhir satu pasang kaki non
chelate. Pada bagian dorsal terdapat dua pasang mata dan mempunyai
ekor yang panjang yang disebut telson, sedang dari arah lateral mempunyai kaki
yang terletak di belakang mata dengan jumlah kaki 6 pasang. Mempunyai
segmen-segmen tubuh yang ada sekat-sekat di tubuhnya. Bagian opisthosomanya
berbentuk heksagonal dan terdapat 6 pasang appendages. Pada satu pasang yang
pertama membentuk genital operkulum berupa 5 pasang paru-paru.
Belangkas
memiliki bentuk yang mirip dengan ikan pari. Tubuh dari belangkas seluruhnya
diselubungi oleh cangkang yang keras dan berwarna kecoklatan. Ditinjau dari
segi anatomis, tubuh dari belangkas terbagi menjadi 3 bagian utama yang masing–
masing dipisahkan oleh sambungan tipis atau segmen : kepala ( prosoma), perut
(opathosoma), dan ekor (telson). Di bagian kepala belangkas terdapat 9 mata
yang letaknya berpencar – pencar. Bagian ekor dari belangkas bersifat keras dan
mengerucut di bagian ujungnya, namun bagian pangkalnya bisa digerakkkan dan
sanggup memberikan dorongan kepada belangkas untuk bergerak lebih cepat.
Kemampuan dari ekor belangkas tersebut lantas memunculkan teori yang menyatakan
bahwa bila ekor dari belangkas rusak atau hilang, maka belangkas yang
bersangkutan akan mudah di tangkap oleh pemangsa.
Belangkas habitatnya
adalah pada pantai-pantai daerah yang tropis maupun yang subtropik. Kerangkanya
banyak ditemukan di pinggir pantai. Hewan ini adalah merupakan salah ordo dari Xiphosura yang masih muda, tidak memiliki pembuluh
malphigi tapi memiliki insang. Hewan ini juga memiliki alat respirasi tambahan
yang memungkinkan dirinya untuk bernapas di luar air. Sedangkan untuk berjalan,
hewan ini hanya memiliki kaki pendek. Hewan ini biasanya aktif pada malam hari,
suka menguburkan dirinya dalam pasir yang basah. Belangkas tidak mempunyai
antena, letak kakinya terdapat pada thorax berjumlah 5 pasang dan jumlah
tagmata 2 buah. Terdiri atas 150-200 daun yang bersifat pembuluh darah untuk
respirasi. Belangkas termasuk hewan penusuk dan berduri.
Menurut literatur, belangkas adalah hewan yang memendam di dasar laut
dan hidup di pasir. Hewan ini dapat berenang atau berjalan di dasar laut.
Mereka hidup di pantai-pantai yang berlumpur atau berpasir lumpur dan sering
kali ditemukan didekat muara-muara sungai. belangkas seringkali ditemukan
berpasang-pasangan, yang jantan terletak disebelah belakang. Ia dapat memegang
betinanya dengan pasangan kaki sebelah muka yang mempunyai ujung berbentuk
capit. Hewan ini umumnya tak begitu digemari karena mempunyai daging yang
relatif sedikit dan yang umum dimakan adalah telurnya (Romimoharto dan Juwana,
2005).
Bagi Crustachea dan Anthropda air lain, nitrogen
dibuang sebagian sebagai ammonia yang menyebar melalui insang dan sebagian lagi
melalui kelenjar mesodermis yang ada di sampng kaki jalan belakang. Limulus
dapat metolerisasi pada kisaran salinitas yang tinggi (Moore, 2006).
3.
Lipan (Scolopendra morsitans)
Klasifikasi
:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Sub phylum : Mandibulata
Classis : Chilopoda
Ordo
: Chilopodea
Familia : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Species : Scolopendra
morsitans
Sumber :
Hegner. 1968
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada lipan memiliki
tubuh panjang dan agak gepeng dengan warna coklat gelap, terdiri atas kepala
dan badan yang beruas-ruas dan pada setiap segmen terdapat satu pasang kaki
kecuali 2 ruas terkahir dan 1 ruas muka yang pertama yang merupakan kepala. Pada
ruas terahirnya memikiki alat penjepit beracun yang berguna untuk membunuh
hewan lain. Menurut pengamatan, pada lipan terdapat
kaki sebanyak 19 pasang, dan segmen sebanyak 19 buah. Mempunyai mata, antena,
badan, ekor, dan mulut.
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa Lipan memiliki bentuk tubuh yang
ramping dan pipih dorsi ventral dengan segmentasi yang terlihat jelas. Pada
tiap segmen tubuh terdapat sepasang kaki
yang terletak lateral. Pada bagian kepala terdapat sepasang antena panjang yang
berfungsi sebagai penunjuk arah jalan atau sebagai penanda rangsangan yang ada
didepannya, sepasang mata yang masing-masing terdiri dari banyak oselli,
mandibula dan dua pasang maksila. Segmen pertama di tepi caudal dilengkapi
dengan sepasang cakar racun/toksilogmatha yang berfungsi sebagai proteksi
serangan musuh. Maksila pada caput berfungsi sebagai cakar pemegang mangsa.
Pada segmen pertama batang tubuh terdapat sepasang cakar racun bersendi empat
dan pada tiap-tiap segmen yang lain kecuali pada dua segmen yang terakhir,
terdapat sepasang kaki jalan kecil bersendi 7.
Pada lipan, segmen di belakang kepala terdapat satu pasang “taring
bisa” (maksiliped) yang berfungsi untuk membunuh mangsanya. Pada kepala
terdapat sepasang antena panjang yang terdiri atas 12 segmen, dua kelompok mata
tunggal dan mulut. Hewan ini memangsa hewan kecil berupa insecta,
mollusca, cacing dan
binatang kecil lainnya, sehingga bersifat karnivora.
Alat pencernaan makanannya sudah sempurna artinya dari
mulut sampai anus. Alat eksresinya berupa dua buah saluran malphigi. Respirasi
(pernafasan) dengan trakea yang bercabang-cabang dengan lubang yang terbuka
hampir pada setiap ruas. Kelaminnya terpisah sehingga terdapat hewan yang
jantan dan hewan yang betina. Lubang genitalnya terdapat pada segmen yang
terakhir. Reproduksi berlangsung
secara ovivar dan vivipar,
Lipan merupakan hewan yang bergerak berkelok-kelok. Lipan
hidup di bawah tumpukan kayu atau batu, timbunan tumbuhan yang telah membusuk
dan sela-sela tanah yang pecah.
4. Kaki
seribu ( Julus virgatus)
Klasifikasi:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Subphylum : Mandibulata
Classis : Diplopoda
Ordo
: Diplopodea
Familia
: Julidae
Genus : Julus
Species
:
Julus virgatus
Sumber` : Hegner. 1968
Berdasarkan hasil
pengamatan, diketahui bahwa Julus
virgatus yang biasa disebut kaki seribu karena mempunyai kaki yang banyak
sebagai alat gerak memiliki 2 ekor kaki disetiap ruas tubuhnya tubuh dari Julus virgatus tubuhnya berbentuk silindris dan beruas-ruas (25 – 100 segmen)
terdiri atas kepala dan badan. Segmen tubuh pertama setelah kepala disebut
tengkuk (collum) dan tidak berkaki. Tiga segmen berikutnya (segmen 2
hingga 4) mengandung sepasang kaki pada tiap segmennya Kaki seribu yang belum
dewasa sering kali mempunyai segmen terakhir yang tidak berkaki. Pada ruas ke tujuh, satu atau kedua kaki mengalami
modifikasi sebagai organ kopulasi. Pada kepala terdapat sepasang antena yang
pendek dan dua kelompok mata tunggal. Antenna pada hewan ini berfungsi untuk
memeriksa rute perjalanannya. Toraksnya pendek dan terdiri atas 4 somit yang
memilki sepasang kaki kecuali somit pertama. Abdomen yang panjang mempunyai 9
sampai 100 somit ganda yang masing-masing dengan dua pasang kaki bersegmen
tubuh.
Kaki seribu memiliki rambut-rambut pembau
(rambut olfaktori) dan sepasang kelenjar yang mengeluarkan aroma tertentu untuk
melawan musuhnya. Juga terdapat sebuah struktur lempengan yang mungkin
merupakan maksila. Kaki seribu tidak menggunakan
sungut berbisa untuk melindungi diri dari musuh. Mekanisme pertahanan utamanya
adalah menggulungkan diri. Kaki seribu akan
menggulung tubuhnya jika diganggu atau jika dirinya merasa terancam. Bentuk
tubuhnya yang memanjang menggulung menjadi spiral protektif. Tetapi ada juga yang memancarkan zat beracun berupa
hydrogen sianida melalui pori-pori di sepanjang sisi tubuh. Zat ini
mampu membakar eksoskeleton dari serangga kecil pengganggu seperti semut.
Alat mulut kaki seribu hanya memiliki dua
pasang alat mulut, mandibula yang digunakan untuk mengunyah dan suatu keping di
sebelah belakang yang disebut gnathochilarium. Organ Tömösváry: Ini adalah
organ perasa yang terletak di kepala pada kebanyakan kaki seribu. Organ ini
umumnya berbentuk cincin yang agak menonjol, tetapi dapat juga berbentuk dalam
atau hanya sekedar berbentuk suatu lubang. Posisinya terletak di bagian
belakang dasar sungut. Tidak semua bangsa kaki seribu memiliki organ ini.
Ozopor: Organ ini pada kebanyakan bangsa kaki seribu terdapat pada sejumlah
segmen tubuh, yaitu lubang kelenjar yang menghasilkan bau tertentu dan bagian
ini agak sulit untuk dilihat. Pada kebanyakan hewan, ozopore terletak di
sebelah samping tubuh dan dimulai pada segmen ke enam. Pada sebagian kecil
kelompok hewan ini, lubang kelenjar terdapat di sepanjang bagian tengah dorsal.
Bagian dorsal setiap segmen cincin ditutupi
dengan perisai yang kerat dan disebut tergit. Pelebaran ke arah samping tubuh dinamakan paranota.
Kebanyakan kaki seribu memiliki “bintik mata” pada daerah sisi kepala. Mata
demikian dapat terdiri dari sejumlah bintik mata yang bersatu membentuk daerah
penglihatan. Kaki
seribu dewasa umumnya mempunyai alat kelamin yang jelas. Alat kelamin tentu
terdapat pada kedua jenis kelamin, hanya lebih nyata pada hewan jantan. Kaki
yang berubah menjadi alat kelamin umumnya dapat ditemukan di dua bagian, di
daerah segmen cincin yang ke tujuh atau pada bagian ujung tubuhnya, meliputi
pasangan kaki yang terakhir.
Pasangan kaki yang terakhir umumnya dinamakan
telopod. Pasangan kaki ke tujuh yang termodifikasi kadang-kadang tersembunyi
pada suatu kantung. Pada kelompok hewan demikian hewan jantan terlihat tidak
punya pasangan kaki pada segmen ke tujuh). Pasangan kaki ke tujuh yang
mengalami modifikasi dikenal dengan gonopod. Organ ini sangat penting untuk
mengidentifikasi jenis. Hewan betina mempunyai alat kelamin (kadang-kadang
disebut cifopod) dapat ditemukan di sebelah belakang pasangan kaki kedua
Kaki seribu ini triploblastik
selomata, memiliki rangka luar terdiri atas zat chitin dan
sambungan yang terletak di antara ruas bersifat agak lunak. Jenis kelaminnya
gonokoris. Kaki seribu bernapas dengan trakea dan termasuk kepada
hewan herbivor serta berkembang biak dengan cara bertelur. Alat ekskresi pada hewan ini berupa dua buah saluran
malphigi. terdapat sebuah struktur
lempengan yang mungkin merupakan maksila. Kaki seribu juga memiliki sistem
syaraf tangga tali, dan alat pencernaannya sudah sempurna.
Kaki seribu sistem
peredarn darahnya terbuka. Darah tidak berwarna merah
karena tidak mengandung hemoglobin (Hb), melainkan hemosianin yang larut dalam
plasma. Dari jantung darah dipompa ke dalam arteri ke
tiap segmen, dan kembali ke jantung lewat hemosoel (rongga tubuh yang mengambil
bagian dalam peredaran darah).
Dalam beberapa spesies jantan memancarkan
feromon untuk menarik si betina. Sebelum perkawinan, kaki seribu jantan
terlebih dahulu mengisi organ-organ seksual sekunder dari yang utama, untuk
melakukan hal ini dia harus menekukkan tubuhnya ke depan sehingga spermatophore
dari Gonopores pada segmen tubuh ke-3 dapat ditransfer ke Gonopods (berarti
‘seks-kaki’) pada 7 segmen tubuh. Betina menghasilkan 10-300 telur dalm satu waktu, telur
ditempat pada tempat yang lembab atau sampah organik, walaupun terkadang di
tempat yang kering, sarang akan dilapisi dengan kotorannya.
Hewan kelas diplopoda bersifat herbifor, Makanannya berupa sisa-sisa tumbuhan yang
membusuk dan kadang-kadang tumbuhan yang masih hidup. Hanya yang berukuran saja menggigit manusia
tetapi hanya sebagai mekanisme pertahanan. Kebanyakan kaki seribu membusuk
makan daun dan mati lain tanaman materi, pelembab makanan dengan cairan dan
kemudian menggoreskan dalam dengan rahang. Hewan ini hidup di darat tempat, tempat gelap seperti di dalam
gua, dan pada daerah yang lembab seperti pada dedaunan mati dan serasah kayu.
5. Kecoa (Periplaneta
americana).
Klasifikasi
:
Kingdom : Animalia.
Phylum : Arthropoda.
Classis : Insecta.
Ordo : Orthoptera.
Familia :
Blattidae.
Genus : Periplaneta.
Spesies :
Periplaneta americana.
Sumber : Jasin, Maskoeri. 1985
Berdasarkan hasil pengamatan, pada hewan kecoa terdapat
antena satu pasang, mulut, mata, segmen, sayap,
tarsus, tibia, dan femur. Kecoa adalah serangga dengan
bentuk tubuh oval, pipih dorso-ventral. Kepala tersembunyi dibawah pronotum.
Pronotum dan sayap licin, nampaknya keras, tidak berambut dan berduri. Berwarna
coklat atau coklat tua. Tubuh kecoa terbagi
menjadi 3 bagian dari anterior ke posterior ialah caput, thorax, dan abdomen.
Pada
bagian kepala terdapat mulut yang digunakan untuk mengunyah/memamah makanan. Caput dilengkapi dengan antena dan mata, ia menyempit
untuk selanjutnya membentuk leher yang pendek dan sempit. Ada sepasang mata majemuk yang
dapat membedakan gelap dan terang. Di kepala terdapat sepasang antena yang
panjang, alat indera yang dapat mendeteksi bau-bauan dan vibrasi di udara. Diantara
kedua basis antena terdapat satu mata sederhana yang disebut ocellus. Leher atau cervix terdapat diantara caput dan
thorax Dalam keadaan istirahat
kepalanya ditundukkan ke bawah pronotum yang berbentuk seperti perisai.
Bagian tengah adalah thorax yang tersusun oleh
tiga segment yaitu prothorax, mesothorax dan metathorax. Kecoa
adalah salah satu insekta yang termasuk ordo Orthoptera (bersayap dua) dengan
sayap yang di depan menutupi sayap yang di belakang dan
melipat seperi kipas. Bagian
thorax ini dilengkapi dengan tiga pasang kaki disetiap segmennya dan dua pasang
sayap. Kedua sayap ini digunakan sebagai penggerak pada saat terbang, setelah
meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih besar dan kuat. Sayap anterior berupa lembaran tidak tembus
cahaya, sedang sayap posterior berupa lembaran tipis dan transparan.
Sayap-sayap hanya terdapat pada mesothorax dan metathorax. Dirinjau dari
strukturnya, sebuah sayap terdiri atas membran bawah dan atas yang merupakan
hasil perluasan dari kutikula yang diperkuat dengan anyaman vena atau nervi
yang bercabang-cabang. Sayap di anterior lebih kecil dibandingkan sayap
posterior. Tempat melekatnya saya anterior disebut elytra.
Abdomen terdiri atas sepuluh segmen. Seluruh
permukaan tubuhnya ditutupi oleh kutikula dari kitin. Badan
atau perut kecoa merupakan bangunan dan sistem reproduksi. Kecoa akan
mengandung telur-telurnya sampai telur-telur tersebut siap untuk menetas. Dari
ujung abdomen terdapat sepasang cerci yang berperan sebagai alat indera. Cerci
berhubungan langsung dengan kaki melalui ganglia saraf abdomen (otak sekunder)
yang penting dalamadaptasi pertahanan. Apabila kecoa merasakan adanya gangguan
pada cerci maka kakinya akan bergerak lari sebelum otak menerimatanda atau
sinyal.
Alat mulut pada kecoa
terdiri dari labrum bagian yang berupa lembaran lebar, dapat digerakkan,
terletak median, tidak sepasang membentuk bibir atas. Bagian yang kedua dari
mulut adalah mandibula yang berada dibawah genae dan bersendi, dan gerakan
mandibula adalah horizontal serupa udang. Bagian ketiga dari mulut kecoa adalah
maxilaris yang terletak dibelakang mandibula.
Dalam daur hidupnya kecoa memiliki metamorfosis artinya
ada tingkatan perkembangan yang bentuknya berubah. Kecoa mengalami metamorfosis
tak sempurna. Alat pernapasannya adalah trakea yang berupa pembuluh darah yang
terdapat di kiri kanan tubuhnya. Pada setiap segmen trakea bercabang menuju
kulit, berakhir sebagai lubang yang disebut spirakel atau stigma.
Hewan jantan terkenal dengan suara keriknya
pada musim kawin. Hewan ini mengerik untuk menarik betina dan mengusir
saingannya. Betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk
menggali tanah. Hewan ini tergolong hewan yang berbuku-buku, tubuh dan badannya
beruas-ruas dan sistem syarafnya tangga tali.
Habitat hewan ini yaitu di tempat-tempat yang
kotor seperti gudang, tumpukan barang-barang, sampah dan lain-lain. Kecoa kebanyakkan terdapat di
daerah tropis yang kemudian menyebar ke daerah sub tropisatau sampai ke daerah
dingin. Kecoa banyak di temukan di rumah, vegetasi, sampah dan tanah. Kakteristik
tempat yang disukai kecoa sebagai tempat tinggalnya antara lain yang banyak
terdapat bahan organik seperti makanan, kertas, tekstil, wool, darah dan bahan
berlemak. Tempat yang lembab, seperti kamar mandi, WC, tempat cucian, alat
dapur, dan alat makan minum, serta tempat gelap dan redup. Keberadaan kecoa
menunjukkan bahwa sanitasi yang kurang baik. Hewan
ini juga dapat menjadi penyebar penyakit. Hewan ini mencari
makanannya pada malam hari sedangkan pada waktu siang hari bersembunyi.
6.
Laba-laba (Pholcus phalangioides)
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia.
Phylum : Arthropoda.
Class : Arachnida.
Ordo : Araneae.
Family : Pholcidae.
Genus : Pholcus.
Species : Pholcus phalangioides
Sumber : Hegner. 1968
Berdasarkan hasil pengamatan, laba-laba ini memiliki kaki yang lebih panjang dari
pada laba-laba lainnya. Hewan ini juga terbagi menjadi dua bagian seperti
laba-laba pada umumnya yaitu kepala-dada dan abdomen. Laba-laba ini memiliki
kaki yang bersendi. Tak
seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua.
Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya
merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian
belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan
abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus. Pada
cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata.
Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula
sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus.
Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan
berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan
Pada
bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma. Pada
bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan organ berbentuk
kerucut dan dapat berputar bebas. Di dalam spineret terdapat banyak spigot yang
merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau kelenjar benang
abdomen.Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang mengandung protein
elastik.Protein elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang halus
yang digunakan untuk menjebak mangsa.
Laba-laba ini juga disebut
dengan laba-laba penuai. Laba-laba penuai, sebagaimana laba-laba masuk dalam
golongan Arachnida. Golongan laba-laba berkaki panjang ini sering pula disebut
“Daddy Longlegs”.
Kelas
Arachnida dibedakan dengan kelas yang lainnya dengan tidak adanya anggota badan
sebagai organ perasa yang sering disebut antena yang biasanya terdapat di
bagian depan kepala di keempat kelas lainnya.
VI.
KESIMPULAN
1.
Ciri-ciri dari Arthropoda yaitu tubuh simetri bilateral,
terdiri atas segmen-segmen, rangka luar yang
membungkus tubuh terdiri dari zat kitin.
2.
Udang galah (cambarus viridis) termasuk dalam kelas Crustacea yang tubuhnya terdiri
dari kaki renang, kaki jalan, kaki penjepit, sungut, ekor, mata, rostrum,
kerangka luar, kepala dan segmen.
3.
Belangkas (limulus
sp.) termasuk dalam kelas
Arachnida yang memiliki dua pasang mata dan ekor panjang yang disebut telson.
4.
Lipan (scolopendra morsitans) termasuk dalam kelas Chilopoda yang memiliki kaki dan
segmen yang sedikit dibandingkan dengan (julus virgatus).
5.
Kaki seribu (julus
virgatus) termasuk dalam
kelas Diplopoda yang memiliki banyak kaki yang berpasangan pada tiap ruas, dan
mempunyai banyak jumlah segmen.
6.
Kecoa (periplaneta americana) termasuk dalam kelas Insecta yang memiliki 3 bagian tubuh
yang terdiri dari bagian kepala, dada dan abdomen.
7.
Laba-laba (Pholcus phalangioides) termasuk dalam kelas
Arachnida yang memiliki 2 bagian tubuh yang terdiri dari bagian kepala-dada
menyatu dan abdomen.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bambang. 1992. Budidaya Udang Galah.
Yogyakarta: Kanisius
Gambar 1. Udang galah (Cambarus viridis).
http://thumbs.dreamstime.com/z/ritaglio-gigante-del-gamberetto-di-fiume-5021196.jpg diakses pada tanggal 26 April 2015
Gambar 2. Belangkas (Limulus sp). http://www.carolinanature.com/pix/horseshoecrab0396.jpg diakses pada tanggal 26 April 2015
Gambar 3. Lipan (Scolopendra morsitans).
http://naturalselectionmedia.com/wp-content/uploads/2012/07/Damon-Wilder-Scolopendra-morsitans-2.jpg diakses pada tanggal 27 April 2015
Gambar 4. Kaki seribu (Julus virgatus). http://www.landcareresearch.co.nz diakses
pada tanggal 28 April
2015
Gambar 5. Kecoa (Periplaneta americana).
http://nathistoc.bio.uci.edu/orthopt/DSCF0003b.jpg diakses pada tanggal 27 April 2015
Gambar 6. Laba-laba (Pholcus phalangioides).
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bf/Pholcus.phalangioides.6905.jpg diakses
pada tanggal 27 April 2015
Hadie , W dan Supriyatna, 1984. Pengembangan
udang galah dalam hatchery dan budidaya. Yogyakarta: Kanisius
Halang,
Bunda, Dharmono, Mahrudin, M.Arsyad, Amalia Rezeki. 2015. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: PMIPA
FKIP UNLAM Banjarmasin.
Hegner,
R.B. & J.G. Engemann. 1968. Invertebrata
Zoology. New York : Macmillan
Publishing Co. INC
Moore, Janet. 2006. An Introduction to the Invertebrates Second Edition. Cambridge:
University Press.
Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. 2005. Biologi
Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta : Djabatan
0 komentar:
Posting Komentar